
Deputi 1 bidang Pencegahan, Perlindungandan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Abdurrahman Kadir dalam sambutannya pada acara yang digelar di Hotel Kartika Chandra, Jakarta mengatakan bahwa pesantren merupakan benteng perjuangan Bangsa Indonesia sejak indonesia merdeka dan pesantren memiliki nilai historis yang panjang dalam perjalanan bangsa indonesia.
“Pesantren tidak saja hadir sebagai pusat studi khas islam tetapi pesantren juga merupakan konsolidasi perjuangan nasionalisme Indonesia, pesantren ikut serta dalam merebut perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan,” ujar Abdul Rahman Kadir, Kamis (23/6/2016) .
Menurutnya, pimpinan pesantren memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi masyarakat dalam ikut mensosialisasikan bahwa radikalisme dan terorisme sebagai paham yang berbahaya bagi keberlangsungan bangsa Indonesia.
“Pimpinan pesantren memiliki kapasitas dan keahlian dalam menangkal paham dan pemikiran radikalisme terorisme, karena bagaimana pun kelompok ini selalu mengatasnamakan agama dalam melakukan perekrutan anggotanya,” ujar lulusan Akademi Militer tahun 1984 ini.
Menurut pria yang dibesarkan di korps Baret Merah Kopassus ini, dalam melakukan penyebaran pahamnya kelompok tersebut sering sekali menafsirkan agama secara terbatas. Bahkan Islam yang seharusnya rahmatan lilalamin malah digambarkan secara mengerikan.
“Islam yang seharusnya sebagai agama dengan wajah santun, kemanusiaan, dan toleransi dirusak dengan wajah islam yang penuh kekejaman, kebencian, dan kekerasan, tak jarang kelompok ini menggunakan dalil-dalil agama dalam melakukan penyebaran paham ini,” ucap pria yang pernah menjabat sebagai Komandan Satuan 81/Penanggulangan Teror Kopassus ini.
Untuk itu menurut pria asli Makassar ini, dalam momentum bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini dirinya mengharapkan kegiatan yang diikuti 900 peserta dialog yang mewakili pimpinan pesantren dapat mencegah penyebaran paham pengaruh radikalisme dan ISIS.
“Kelompok ini terus melakukan rekruitmen, ajakan dan hasutan untuk melakukan kekerasan. Bahkan kelompok ISIS telah meracuni pikiran generasi muda, dengan menampilkan propaganda kegagahan di medan perang, janji-janji ekonomi terhadap pengikutnya, dan yang luarbiasa saat ini kelompok radikal terorisme melakukan penyebaran propaganda di dunia maya (internet) baik di media online dan media sosial,” ujarnya.
Dikatakan mantan Direktur Perlindungan BNPT ini, kerjasama BNPT dengan IPIM ini merupakan strategi dan kebijakan Nasional Penanggulangan terorisme di Indonesia. Strategi pendekatan lunak (soft approach) yang dilaksanakan BNPT bersama dengan segenap komponen organisasi masyarakat merupakan bagian dari kontra radikalisasi dalam mencegah penyebaran paham radikalisme terorisme dan ISIS di Indonesia.
“Untuk itu kami mengharapkan IPIM menjadi Garda terdepan dalam mencegah penyebaran paham ini di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Alim ulama sebagai pewaris Nabi, menjadi penjaga agama dan bangsa Indonesia dalam menjaga keberlangsungan nasib Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari tumbuhnya paham radikal terorisme dan ISIS,” ujar mantan Sekretaris Utama (Sestama) BNPT ini mengakhiri. (Adri Irianto)