
“Kebetulan
beliau ada di Indonesia minta waktu bertemu bersama jajaran BNPT untuk
menginformasikan situasi terkini terakhir kondisi Turki yang berbatasan
langsung dengan Suriah dimana Suriah sendiri saat ini sedang berkonflik,” ujar
Komjen Suhardi Aluid di kantor perwakilan BNPT yang ada di salah satu Gedung
Kementerian yang ada di Jakarta, Rabu hari ini.
Dikatakan
Kepala BNPT, dalam pertemuan tersebut Dubes RI menyampaikan kalau saat ini banyak
sekali Waga Negara Indonesia yang ada di perbatasan Turki-Suriah yang tidak dapat
masuk ke Suriah sehingga di deportasi oleh pemerintah Turki.
“Dari
laporan itu banyak ditemukan Warga Negara lain termasuk diantaranya WNI-nya juga
banyak yang mencoba untuk masuh. Bahkan juga ada ditemukan warga yang keluar
dari Suriah di tempat-tempat tersebut. Dan yang keuar dari Suriah itu juga
termasuk WNI,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Alumni
Akpol tahun 1985 ini menjelaskan, para WNI tersebut ditemukan di empat titik perbatasan
antara Turki-Suriah. Dengan adanya banyak WNI yang ditemukan di perbatasan
Turki-Suriah tersebut, Kedubes Indonesia di Turki ingin juga mendapatkan
bantuan dari BNPT untuk bisa mendeteksi lalu lintas masyarakat Indonesia yang
ingin masuk kesana dengan berbagai macam latar belakangnya.
“Apa
yang dimohonkan oleh Kemenlu kepada kita agar BNPT untuk mendatangkan tim
kesana (Turki) untuk bisa melihat secara langsung. Karena apapun yang terjadi
di Suriah apalagi dengan terdesaknya ISIS di Suriah tidak ada opsi lain kecuali
orang-orang yang ada disana akan keluar dari Suriah,” ujar mantan Kapolda Jawa
Barat dan Kadiv Humas Polri ini..
Karena
keluar dari Suriah itu menurut Kepala BNPT yakni bisa saja menuju ke daerah-daerah
atau negara-negara yang ada di sekitar Suriah atau kembali ke daerah /
negaranya masing-masing. Tentunya ini merupakan suatu potensi yang harus diperhatikan
ketika mereka kembali ke negaranya masing-masing termasuk Indonesia.
“Kita
semua tahu bahwa di Suriah sedang dilanda konflik dimana ada jaringan kelompok
teroris yang menamakan dirinya ISIS (Islamic State of Iranq-Syria). Oleh sebab
itu kita diminta untuk datang ke Turki untuk melihat situasinya. Kita sanggupi dan mungkin kita juga akan bertemu dengan
otoeitas-otoritas di Turki sana. Kalau bisa dalam waktu yang tidak terlalu lama
mungkin bulan depan dengan didampingi Dubes RI disana,” ujar mantan Kadiv Humas
Polri ini menjelaskan.
Pria
kelahiran Jakarta 10 Mei 1962 ini mengatakan bahwa WNI yang tertangkap di
perbtasan oleh kepolisian di Turki itu tentunya akan langsung menghadapi proses
hukum. “Kalau dalam proses tersebut WNI kita tidak terlibat dengan ISIS maka
akan langsung di deportasi. Tapi jika terindikasi dengan jaringan ISIS maka
akan berlanjut ke proses peradilan oleh pemerintah Turki,” ujarnya.
Mantan
Sekretaris Utama Lemhanas RI ini kembali menyampaikan bahwa saat ini pemerintah
juga telah menerima deportan-deportan dari Turki yang sekarang ini sedang
berada di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Kemensos, Bambu Apus, Cipayung,
Jakarta, untuk ikut program deradikalisasi disana.
“Dan
mereka sekarang ini dalam tahap untuk pengembalian ke masing-masing daerah.
Jadi kita informasikan situasi itu juga kepada Dubes RI untuk Turki dan dalam
waktu dekat kita bisa berkunjung ke Turki untuk melihat situasi secara langsung,”
katanya.
Setelah
75 WNI yang dideportasi tersebut hingga sekarang akan bertambah lagi WNI yang
akan di deportasi. “Yang jelas saat kita ke Turki nanti beberapa otoristas akan
kita datangi untuk memperlancar komunikasi dalam rangka mengidentifikasi
terhadap orang-orang yang keluar masuk perbatasan Turki-Suriah,” ujar mantan
Wakapolda Metro Jaya ini mengakhiri.
Dalam
pertemuan tersebut Kepala BNPT didamping Deputi I bidang Pencegahan,
Perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Direktur
Konvensi Dan Perangkat Hukum Internasional (KPHI) BNPT yang juga menjabat
sebagai Plt. Deputi III bidang Kerjasama Internasional, Brigjen TNI (Mar) Yuniar
Lutfi dan Kasubdit Kerjasama Amerika-Eropa, Wandi Adrianto Syamsu. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment