
“Kemarin
sore saya bersama Menteri Sosial menemui mereka yang mau masuk ke Suriah. Ada sebanyak
75 orang, 41 orang dewasa dan 34 diantaranya tergolong masih anak-anak yang
dibawa oleh orangtuanya kesana (Suriah). Diantaranya ada yang sudah tinggal
selama 11 bulan, bahkan ada yang 1 tahun," kata Kepala BNPT Suhardi Alius
di kantor perwailan BNPT di salah satu Gedung Kementerian, Jakarta, Selasa
(7/2/2017).
Lebih
lanjut Kepala BNPT mengatakan bahwa sejauh ini diketahui mereka yang
dideportasi oleh otoritas pemerintah Turki ada sebanyak 75 WNI. serta otoritas pemerintah Singapura sebanyak 2
WNI dan satu WNI berasal dideportasi oleh Pemerintah Jepang. "Saat itu
mereka masih di Turki, belum berada di Suriah. Karena oleh pemerintah (setempat)
kita tidak boleh masuk ke sana (Suriah),” ujar Kepaa BNPT menjelaskan
Untuk
selanjutnya pihaknya akan mendalami lebih lanjut mengenai alasan para WNI
tersebut yang berkeinginan untuk masuk ke Suriah, apalagi negara tersebut
sampai saat ini masih dilanda konflik,. Yang pasti menurutnya, kepindahan
tersebut lebih karena masalah ideologi yang mereka anut.
“Kami masih akan terus mendalami alasan lain
kepindahan mereka kesana, mengapa mereka memaksa untuk masuk ke negara Suriah, apakah
mereka benar terlibat atau tidak (dengan kelompok radikal). Yang pasti alasan
dasar kepergian mereka ke Suriah lebih karena keinginan untuk berhijrah. Tentunya
ini masalah ideologi. Mindset yang berbeda,” ujar alumni Akpol tahun 1985 ini.
Dikatakan
mantan Kabareskrim Polri ini, diantara para WNI yang dideportasi tersebut juga terdapat
keluarga Triyono yang merupakan mantan pegawai Kementerian Keuangan yang
dideportasi oleh Pemerintah Turki beberapa waktu lalu.
"Terkait
penanganan para WNI yang dideportasi itu, saya berterimakasih kepada
Kementerian Sosial yang sudah melayani keluarga yang ditampung di RPSA Bambu
Apus Cipayung Jakarta Timur ini. Seperti program kita bahwa kami menggandeng 25
Kementerian atau Lembaga dalam penanganan kasus terorisme, termasuk salah
satunya dengan Kementerian Sosial ini,” ujar mantan Sekretaris Utama (Sestama)
Lemhanas RI ini.
Untuk
itu Kepala BNPT pun mengucapkan terima kasih atas peran serta dan kerja keras
Kemensos yang telah memfasilitasi dan melayani WNI yang telah dideportasi dari
Turki tersebut dengan baik. “Karena kami tidak bisa bekerja sendirian, tentunya
diperlukan keterlibatan Kementeian/Lembaga lainnya juga. Di tempat tersebut
(RPSA) para WNI tersebut akan mendapatkan bimbingan agar tidak trauma,” ujar
mantan Kadiv Humas Polri ini.
Menurutnya,
pendampingan yang dilakukan Kemensos ini akan menjadi modal bagi para WNI
tersebut sebelum nantinya seluruh WNI tersebut kembali ke kampung halamannya
masing-masing. “Karena kami mensinyallir kemungkinan masih ada lagi yang
dideportasi. Pemerintah Turki pun tidak mengizinkan masuk kesana karena
negarnya masih mengalami konflik,” kata pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini
mengakhiri.
Seperti
diketahui, saat ini, sebanyak 75 WNI tersebut ditampung di RPSA Bambu Apus,
Jakarta Timur. Selama di Bambu Apus mereka mendapatkan layanan trauma healing
dan trauma counseling, terutama kepada anak-anak sebelum nantinya mereka
kembali ke daerah masing-masing.
Mayoritas
WNI yang dideportasi berasal dari wilayah Jawa Timur dan umumnya berpendidikan
tinggi. Rata-rata antara satu dengan yang lainnya masih memiliki hubungan
saudara, namun ada juga yang karena diajak oleh temannya. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment