Kepala
Kepolisan Federal Australia (Australian Federal Police/AFP Commissioner), Adrew
Colvin, merasa terkesan dengan cara yang dilakukan Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam melakukan program penanggulangan
terorisme. Demikian dikatakan Kepala BNPT, Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH,
usai menerima kunjungan AFP Commisioner, di kantor BNPT, Jakarta.
“Kepala
Polisi Federal Australia menanyakan kepada kita bagaimana masalah
penanggulangan terorisme yang dilaksanakan oleh BNPT sejauh ini, Kita jelaskan
bahwa kita mengkombinasikan antara hard approach (pendekatan keras melalui
penegakan hukum) dan soft approach (pendekatan lunak),” ujar Komjen. Pol.
Suhardi Alius, usai pertemuan tersebut, Selasa (6/3/2018) petang.
Kepada
Adrew Colvin, Kepala BNPT menyampaikan bahwa penggunaan pola hard approach itu tidaklah menyelesaikan
masalah. Oleh karena itu dirinya lebih memaparkan bagaimana BNPT selama ini
selalu menggunakan pola soft approach.
“Saya
katakan bahwa yang kita utamakan selama ini adalah masalah soft approach,
bagaimana menyentuh akar masalah yang selama ini menjadi masing-masing variabel
penyebab terorisme itu dengan baik,” ujar mantan Sekretaris Utama Lembaga
Ketahanan Nasional (Sestama Lemhanas) RI ini.
Untuk
lebih meyakinkan terhadap delegasi AFP, dalam pertemuan tersebut mantan
Kabareskrim Polri ini memutarkan film mengenai upaya BNPT selama ini yang telah
membuat boarding school di Sei
Mencirim, Deli Serdang, Sumatera Utara dan di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa
Timur. Dimana di dua lokasi tersebut dibangunb pesantren untuk menampung
anak-anak dari mantan napi teroris atau kombatan agar mereka tidak mengikuti
jejak orang tuanya yang salah dimasa lalu.
“Bagi
pihak Australia (AFP) untuk yang di Desa Tenggulun ini sangat special sekali
dimata mereka. Karena disitulah tempat 1,2 ton bom Bali dibuat kemudian dikirim
ke Bali untuk diledakkan. Jadi itu sangat berkesan bagi AFP,” ujar mantan
Kapolda Jawa Barat ini.
Lebih
mendalam Kepada AFP, alumni Akpol tahun 1985 ini menjelaskan bahwa di Desa Tenggulun
tersebut ada sebanyak 38 mantan narapidana kasus terorisme dan kurang lebih ada
100 orang anak-anaknya itu yang selama ini mungkin dimarjinalkan.
“Dan
sekarang tempat tersebut sudah berubah dari Desa teroris menjadi Desa yang
damai sehingga menjadi Desa yang dapat menyampaikan pesan damai anti radikal
disitu. Nah itu rupanya itu sesuatu yang sangat luar biasa bagi pihak AFP,”
ujarnya
Delegasi AFP pun juga menyimak dengan baik mengenai
langkah-langkah lain yang dilakukan BNPT seperti bagaimana mengurus eks napi
teroris yang sudah sadar, anak-anaknya, bahkan sudah mengembang kepada
korban-korban dari aksi terorisme.
“Kita
sampaikan pula bahwa minggu lalu kita pertenukan antara korban dengan mantan
napi teroris yang sudah sadar. Dimana mereka saling memaafkan. Kepala polisi
Australia juga terkesan sekali ketika kita menggunakan mantan napi teroris
untuk menjadi narasumber untuk memberikan penyadaran kepada rekan-rekannya yang
belum sadar. Dan ini menjadi suasana yang baru bagi AFP dan akan dipelajari
betul masalah soft approach ini,” ujarnya.
Dengan
melihat penjelasan dari Kepala BNPT tersebut maka Adrew Colvin pun meminta
kepada Kepala BNPT agar pada acara The ASEAN-Australian Counter Terrorism
Conference yang merupakan bagian dari ASEAN-Australian Special Summit yang akan
digelar di Sidney, Australia pada 17-18 Maret 2018 bisa diputarkan film
tersebut kepada seluruh peserta konferensi bahwa apa yang telah dilaukan BNPT
ini adalah pendekatan yang sangat baik.
“Bahkan
Kepala AFP akan mengatakan kepada penyelenggara konferensi itu nanti di Sidney
agar bisa memberikan porsi waktu yang agak panjang kepada saya untuk bisa
mempresentasikan itu semuanya kepada para peserta konferensi,” ujar mantan
Kadiv Humas Polri ini.
Kepala
BNPT juga tidak memungkiri ketika ditanya lebih lanjut apakah akan ada kerjaama
dengan pihak AFP salah satunya capacity
mengenai building atau pembinaan kemampuan dan selama ini sudah aktif yakni dengan
sudah adanya JCLEC (Jakarta Center For Law Enforcement Cooperation (JCLEC) .
“Selain itu kita juga akan melakukan sharing informasi dengan pihak Australia
secara proposional,” ujar pria kelahiran Jakarta 10 Mei 1962 ini mengakhiri.
Dalam
pertemuan tersebut Kepala BNPT didampingi oleh Deputi II bidang Penindakan dan
Pembinaan Kemampuan, Brigjen Pol. Drs. Budiono Sandi, Direktur Pencegahan,
Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME, Direktur Bilateral, Kombes Pol. Drs. Kris Erlangga
Aji Wijaya, Direktur Kerjasama Regional dan Multilateral, Andhika Chrisnayudhanto,
S.IP, SH, MA, Kasubdit Kerjasama Asia, Pacifik dan Afrika, Kolonel Sus. Fanfan
Infansyah dan Kasubdit Kerjasama Amerika Eropa, Wandi Adrianto Syamsu. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment