Jakarta/ZONASATU - Menyambut Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan RI yang ke-73 tahun, masyarakat Indonesia terutama para
generasi muda harus bisa mengkapanyekan rasa cinta terhadap Tanah Air melalui
Dunia Maya dengan banyak mempelajari sejarah berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sejak sebelum negara ini terbentuk. Hal ini agar
dapat menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi agar tidak mudah dipecah belah dan
tidak mudah terpengaruh paham-paham radikal yang mengarah kepada aksi
terorisme, sehingga dapat memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan.
Apalagi Indonesia ini meupakan sebuah Negara yang dilahirkan oleh banyak
komponen strategis. Salah satu komponen strategisnya itu adalah ulama. Dimana-ulama
sangat berperan besar dalam proses berdirinya NKRI ini. Hal terebut
diungkapkan Peneliti dari Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Dr. Adnan
Awar.
“Sudah
seharusnya masyarakat Indonesia ini mulai mengkampanyekan tentang kehebatan
Indonesia. Berdasarkan pelacakan data, proses persiapan ulama untuk memerdekaan
Indonesia itu sudah sangat lama. Sekitar 2 abad sebelum Indonesia merdeka itu sudah
disiapkan. Dimana banyak pertemuan ulama a seperti yang terjadi di Aceh pada
tahun 1873 sudah mempersiapkan berdirinya negara Indonesia ini,” ujar Dr.Adnan
Anwar di Jakarta, Rabu (8/8/2018)..
Menurutnya,
para ulama-ulama di Aceh saat itu sudah menyatakan bahwa jika negara kolonial itu sudah lepas, maka yang
akan berdiri namanya negara Indonesia,
bukan Khilafah Islamiyah. Bahkan pondasi NKRI ini sejak awal sudah disiapkan
oleh ulama-ulama di nusantara termasuk di Aceh tahun 1873. Lalu dilanjutkan
oleh ulama-ulama yang lainnya seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syech Hasyim
Asy'ari dan berdirinya Nahdatul Ulama (NU) yang puncaknya pada tanggal 22
Oktober 1945 di Surabaya yaitu resolusi jihad untuk melawan kedatangan Inggris
ke Surabaya.
“Dan
ini bukti bahwa sebetulnya kemerdekaan Indonesia ini sangat luar biasa. Karena
didukung oleh salah satu komponen kekuatan strategi ulama. .Kalau ada yang
menentang berdirinya Indonesia itu sebagai negara yang thogut dan kafir itu
tidak benar. Karena negara ini yang mendirikan itu ulama sebagai salah satu
komponen strategisnya. Ini yang harus digaungkan melalui dunia maya saat ini,”
ujar mantan Wakil Sekjen PBNU ini. .
Lebih
lanjut diceritakan Adnan, banyak karya-karya ulama pada saat itu seperti
lagu Padamu Negeri juga diciptakan oleh para ulama. Termasuk bendera Merah
Putih sebagai bendera Indonesia juga diusulkan oleh salah satu pendiri Al
Khairat yaitu Sych Salim Al Jufri dari Gorontalo,
“Kita harus mensyukuri kemerdekaan yang luar biasa ini. Dan ini harus kita
wartakan dan kita beritakan di seluruh media sosial agar masyarakat kita bisa
mengetahui betul bahwa kemerdekaan kita itu tidak hanya diperjuangkan oleh kaum
nasionalis, tapi juga oleh ulama-ulama
besar nusantara yang berkaliber dunia,”
ujar pria yang juga Tokoh Muda NU ini.
Menurutnya,
untuk membangkitkan semangat para generasi muda agar mau menjadikan ruang dunia
maya sebagai pendorong penguatan nasionalisme melalui sebaran konten-konten
yang nasionalis tentunya harus
disesuaikan dengan perkembangan jaman.. Sumber-sumber sejarah yang otentik
seperti karya-karya ulama, tokoh nasional ataupun tokoh bangsa, ketika mereka mensosialisasikan
berdirinya negara Indonesia ini harus di reproduksi ulang.
“Mungkin
bisa disosilisasikan dalam bentuk yang baru, karena hal ini terkait dengan
generasi milienial, tetapi kontennya adalah konten masa lalu tentang
nasionalisme Indonesia, nasionalisme Islam, tentang Pancasila, tentang NKRI.,” ujar
pria yang ditugaskan untuk mengembangkan organisasi NU dikawasan Timur Tengah
ini.
Menurutnya,
sosialisasi seperti ini tidak hanya penting bagi generasi kita saja, tetapi ini
juga banyak di inspirasi oleh kalangan luar negeri. Dimana tokoh-tokoh atau
anak-anak muda luar negeri sangat menginspirasi proses kelahiran Indonesia itu.
Apalagi Indonesia itu negara yang cara merdekanya
itu dengan cara merebut, bukan diberi. “Dan ini menimbulkan rasa heroisme yang
sangat luar biasa dan menjadi kebangaan tersendiri bahwa kita korban yang jatuh
juga sangat banyak, tetapi herorisme ini bekal dari pembenntukan karakter
bangsa kita pada saat ini,” ujarnya.
Menumbuhkan
rasa nasionalisme atau cinta Tanah Air ini juga menjadi benteng agar masyarakat
kita tidak mudah terpengaruh propaganda ataupun budaya yang ada di Timur Tengah
dengan dibungkus nuansa agama oleh kelompok-kelompok radikal terorisme. Apalagi
saat ini ada negara yang proses nations character buildingnya meniru Indonesia.
“Termasuk
misalnya bagaimana para founding father itu cara mendirikan negara yang disebut
dengan Pancasila itu sekarang banyak ditiru. Negara yang sekarang meniru kita
ini namanya Afghanistan, itu meniru negara Pancasila. Bahkan mereka akan menjadikan
Pancasila itu sebagai ideologi di negara mereka,” ujar alumni Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya
ini.
Untuk
itu menurutnya perlu sinergitas antara pemerintah antara kekuatan kekuatan
strategis di Indonesia baik itu di level negara, pemerintah maupun
organisasi-organisasi pendiri republik untuk dapat membentuk karakter pendidikan
nasional di sekolah. Apalagi kurikulum tentang
kepribadian bangsa ini saat ini sangat kurang sekali.
“Pendidikan
yang ada saat ini seperti sangat membosankan, sehingga cerita tentang
nasionalisme, NKRI, kemerdekaan tahun 1945 itu menjadi seperti pepesan kosong.
Apalagi di jaman milenial ini dunia maya sangat kuat, justru harus dapat
dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menumbuhkan rasa nasionalisme itu Isi
kontennya tentang discovery Indonesia, harus lebih menarik, lebih kreatif,
lebih inovatif sesuai dengan perkembangan hari ini,” ujanrya mengakhiri.
Penulis : Adri Irianto
Sumber : -
Sumber : -



No comments:
Post a Comment