Jakarta, ZONASATU - Literasi digital merupakan titik terpenting yang harus
dipahami para generasi milenial untuk menjaga lingkungan Media Sosial (medsos) di tengah
maraknya ujaran kebencian di dunia maya. Literasi digital tidak sekadar
menunjukkan bahwa setiap orang bisa menggunakan medsos, media-media internet
lainnya, namun juga cakap dalam memanfaatkan teknologi dan perangkatnya juga.
“Literasi digital juga mensyaratkan
setiap pengguna untuk bertanggung jawab terhadap konten di medsos itu sendiri. Karena
pada kenyataannya, misalkan walau medsos itu akunnya bersifat pribadi dalam
pengertian dibangun dan dimiliki oleh pengguna itu sendiri, namun konten yang
diunggah pada dasarnya bersifat mass-self communication,” ujar Pengamat Media Sosial, Dr. Rulli
Nasrullah, M.Si di Jakarta, Rabu (6/2/2019).
Hal itu menurutnya, setiap orang yang
terhubung dengan akun tersebut dan dalam jaringannya pada dasrarnya bisa
mengakses konten tersebut. Karena itu, konten dan perilaku dalam dunia digital
tidak bisa serta-merta diklaim sebagai aktivitas pribadi dan berada di ruang
privasi semata.
“Apalagi secara nama juga disebut
sebagai ‘media sosial’, sehingga media yang digunakan seperti Twitter atau
Facebook merupakan media untuk berkehidupan sosial dalam ranah online. Ini
menunjukkan ada nilai-nilai dalam masyarakat offline yang juga harus dibawa
dalam kehidupan masyarakat online; walau dalam beberapa kasus banyak
bermunculan nilai-nilai dan etika yang baru terkait budaya digital itu sendiri,”
ujarnya menjelaskan.
Dikatakan Rulli, secara garis besar, ranah keluarga dan
sekolah menjadi modal dasar dalam penerapan dan munculnya rasa tanggung jawab
untuk memahami literasi digital untuk mewujudkan iklim medsos yang ramah dan
bertanggung jawab. Dengan demikian, penyebaran literasi digital bisa semakin
diterapkan di tengah masyarakat.
“Tanggung jawab bersama inilah, yang
dimulai dari keluarga dan sekolah, Dan tentunya menjadi tanggung jawab setiap
warga negara Indonesia untuk menciptakan kedamaian di medsos,” kata pria yang
juga Dosen Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam di fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini
Dirinya mengatakan, tanggung jawab dalam menggunakan fasilitas medsos
perlu dipahami oleh generasi milenial agar tidak hanya diam atau pasif ketika
ada akun atau konten negative di medsos. Caranya tentu dengan tidak ikut
berkomentar terhadap konten negatif tersebut serta tidak ikut menyebarkan
konten negatif. Jika ingin berkomentar atau menyebarkan konten, selalu
melakukan cek dan klarifikasi terhadap konten melalui situs-situs resmi atau
saluran resmi lainnya, Dan yang selama ini sering diabaikan adalah melaporkan
konten tersebut ke pengelola atau adiministrasi medsos.
“Melaporkan konten secara digital itu
mudah. Contohnya jika sebuah akun dan konten negatif muncul dan saat membuka
medsos di telepon genggam, akan ada titik tiga di atas status Facebook Pengguna tinggal mengklik dan melaporkan isi
konten tersebut. Apabila banyak yang melaporkan melalui mekanisme tersebut,
maka konten atau bahkan akun yang bersangkutan bisa dibekukan, dihilangkan,
atau dihapus sama sekali,” katanya menjelaskan.
Dirinya juga mengatakan, di tengah
situasi politik yang semakin memanas, masyarakat juga harus bisa menahan diri
agar tidak mudah terprovokasi terhadap hasutan kebencian yang ada di medsos. Pelaporan atau aduan terhadap delik medsos ke ranah hukum tentu diperlukan, akan tetapi akan jauh lebih penting apabila
masyarakatlah yang sama-sama menjaga iklim kebaikan di medsos itu sendiri.
“Saya percaya kita sedang belajar banyak
dalam menggunakan medsos. Yang terpenting adalah kesadaran masyarakat itu
sendiri yang harus ditumbuhkan akan bahayanya konten dan akun negatif di medsos,
sehingga akan banyak persoalan-persoalan yang bisa diselesaikan apabila banyak
akun baik yang melawan akun negatif,” katanya.
Peraih gelar doktor dari Universitas
Gadjah Mada ini mengaku kalau peran generasi milenial ini sangat diperlukan untuk dapat membantu
menyebarkan konten positif di medsos. Hal
ini merujuk pada hasil riset yang menunjukkan bahwa pengguna internet di
Indonesia selalu mengalami peningkatan dalam sisi jumlah. Ditambah lagi bahwa
era saat ini adalah eranya generasi milenial yang berciri khas bebas
berpendapat, banyak berkreasi konten serta memunculkan budaya-budaya internet
yang baru dan khususnya untuk generasi milienial itu sendiri.
“Ini karena pengguna medsos bisa
dikatakan cenderung banyak dimiliki dan dimainkan oleh generasi muda. Dengan
demikian, sangat penting bagi generasi milenial yang untuk membantu menyebarkan
konten positif. Melalui konten kreatif dan bahasa yang sesuai dengan
generasinya tentunya menjadi lebih mudah
penyebaran konten positif tersebut,” kata pria yang juga menulis buku tentang
Media Sosial dan Media Siber ini
Dan menurutnya peran pemerintah juga
sangat penting untuk ikut berperan mengajak para generasi milenial
mengkampayekan ronda digital dan hari bebas kebencian di medsos untuk perdamaian
bangsa.
“Namun, tetap saja dengan keterbatasan
sarana dan SDM. Masyarakat juga harus ikut berpartisipasi aktif dalam literasi digital tersebut. Konektifitas di berbagai
lapisan ini akan menjadi efektif dalam mengkampayekan Hari Bebas Kebencian sebagai
upaya melakukan ronda digital di medsos untuk menjaga perdamaian di masyarkat
itu sendiri,” katanya mengakhiri.
***
Penulis : Adri Irianto
Sumber : -
Penulis : Adri Irianto
Sumber : -
No comments:
Post a Comment