Jakarta, ZONASATU - Tentara Nasional Indonesia (TNI) kembali menggelar latihan penanggulangan terorisme gabungan yang melibatkan gabungan pasukan Penanggulangan Teror (Gultor) TNI yang terdiri dari Satuan-81 (Sat-81) Kopassus TNI Angkatan Darat (AD), Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI Angkatan Laut (AL) dan Satuan Bravo (Satbravo) 90 Paskhas TNI Angkatan Udara (AU).
Latihan gabungan penanggulangan terorisme ini mengusung tema "Satgultor TNI Melaksanakan Penanggulangan Aksi Terorisme di Wilavah DKI Jakarta Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI."
Tujuan diadakannya latihan ini adalah menguji kesiapsiagaan Satgultor TNI untuk melaksanakan operasi penanggulangan terorisme dalam rangka menghadapi kemungkinan ancaman terorisme yang diperkirakan akan terjadi.
Simulasi yang digelar Selasa di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, tersebut dimulai pada pukul 8.30 WIB. Latihan ini mengusung skenario kelompok teroris asing yang berhasil menguasai lokasi rapat koordinasi yang diselenggarakan pemerintah dan menyandera orang-orang yang berada di dalam lokasi rapat.
Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI kemudian melakukan negosiasi dengan para teroris untuk memberi waktu kepada Satuan Penanggulangan Teror (Satgultor) TNI untuk melakukan konsolidasi dan mempersiapkan operasi penyelamatan.

Simulasi operasi antiteror dibuka dengan aksi penembak jitu TNI yang melumpuhkan teroris yang berada di atap gedung dan garis pantai. Teroris tersebut menjadi sasaran pertama karena fungsinya sebagai mata kawanan teroris untuk memantau situasi di luar lokasi yang mereka kuasai.
Setelah mata para teroris itu dilumpuhkan, operasi dilanjutkan dengan serbuan oleh pasukan infantri mekanis yang menyerbu dari pintu depan.
Secara simultan, pasukan Gultor TNI juga melakukan infiltrasi dari udara dengan menggunakan satu unit helikopter Super Puma dan Bell. Pasukan yang berada di atap gedung menuruni gedung dengan tali dan meledakkan kaca gedung untuk memberikan unsur kejutan sekaligus menerobos masuk ke dalam gedung yang dikuasai teroris.
Teroris yang menyadari kedatangan pasukan anti teror TNI kemudian berusaha melarikan diri dengan kapal cepat sambil membawa sandera. Teroris yang berusaha kabur itu sempat terlibat baku tembak dengan personel TNI.
Sejumlah teroris berhasil dilumpuhkan dengan bantuan anjing pemburu (K9) TNI, namun ada yang berhasil mencapai kapal cepat dengan membawa seorang sandera.
Pasukan Gultor TNI yang berjaga pantai kemudian melakukan pencegatan terhadap kapal cepat teroris untuk kemudian melumpuhkan teroris dan membebaskan sandera.

Sandera yang berada di atas kapal membutuhkan evakuasi cepat sehingga pasukan Gultor kemudian mengerahkan satu unit helikopter Bell untuk mengevakuasi sandera, namun karena situasi yang tidak memungkinkan untuk evakuasi dengan helikopter, akhirnya sandera di evakuasi dengan kapal cepat milik pasukan anti terror TNI.
Bagian akhir simulasi adalah operasi penyisiran oleh Unit Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) di lokasi penyanderaan untuk melakukan deteksi dan evakuasi terhadap bahan peledak yang ditemukan di lokasi penyanderaan.
Setelah lokasi dinyatakan steril kode Bravo Zulu kemudian diumumkan sebagai sinyal bahwa misi berhasil dilaksanakan dan dilanjutkan dengan penyerahan teroris yang berhasil di tangkap kepada satuan kewilayahan dan kepolisian.
Latihan tersebut dilihat langsung oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanyo yang didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna dan para pejabat TNI lainnya
Latihan gabungan penanggulangan terorisme ini mengusung tema "Satgultor TNI Melaksanakan Penanggulangan Aksi Terorisme di Wilavah DKI Jakarta Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI."
Tujuan diadakannya latihan ini adalah menguji kesiapsiagaan Satgultor TNI untuk melaksanakan operasi penanggulangan terorisme dalam rangka menghadapi kemungkinan ancaman terorisme yang diperkirakan akan terjadi.
Simulasi yang digelar Selasa di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, tersebut dimulai pada pukul 8.30 WIB. Latihan ini mengusung skenario kelompok teroris asing yang berhasil menguasai lokasi rapat koordinasi yang diselenggarakan pemerintah dan menyandera orang-orang yang berada di dalam lokasi rapat.
Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI kemudian melakukan negosiasi dengan para teroris untuk memberi waktu kepada Satuan Penanggulangan Teror (Satgultor) TNI untuk melakukan konsolidasi dan mempersiapkan operasi penyelamatan.

Simulasi operasi antiteror dibuka dengan aksi penembak jitu TNI yang melumpuhkan teroris yang berada di atap gedung dan garis pantai. Teroris tersebut menjadi sasaran pertama karena fungsinya sebagai mata kawanan teroris untuk memantau situasi di luar lokasi yang mereka kuasai.
Setelah mata para teroris itu dilumpuhkan, operasi dilanjutkan dengan serbuan oleh pasukan infantri mekanis yang menyerbu dari pintu depan.
Secara simultan, pasukan Gultor TNI juga melakukan infiltrasi dari udara dengan menggunakan satu unit helikopter Super Puma dan Bell. Pasukan yang berada di atap gedung menuruni gedung dengan tali dan meledakkan kaca gedung untuk memberikan unsur kejutan sekaligus menerobos masuk ke dalam gedung yang dikuasai teroris.
Teroris yang menyadari kedatangan pasukan anti teror TNI kemudian berusaha melarikan diri dengan kapal cepat sambil membawa sandera. Teroris yang berusaha kabur itu sempat terlibat baku tembak dengan personel TNI.
Sejumlah teroris berhasil dilumpuhkan dengan bantuan anjing pemburu (K9) TNI, namun ada yang berhasil mencapai kapal cepat dengan membawa seorang sandera.
Pasukan Gultor TNI yang berjaga pantai kemudian melakukan pencegatan terhadap kapal cepat teroris untuk kemudian melumpuhkan teroris dan membebaskan sandera.

Sandera yang berada di atas kapal membutuhkan evakuasi cepat sehingga pasukan Gultor kemudian mengerahkan satu unit helikopter Bell untuk mengevakuasi sandera, namun karena situasi yang tidak memungkinkan untuk evakuasi dengan helikopter, akhirnya sandera di evakuasi dengan kapal cepat milik pasukan anti terror TNI.
Bagian akhir simulasi adalah operasi penyisiran oleh Unit Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) di lokasi penyanderaan untuk melakukan deteksi dan evakuasi terhadap bahan peledak yang ditemukan di lokasi penyanderaan.
Setelah lokasi dinyatakan steril kode Bravo Zulu kemudian diumumkan sebagai sinyal bahwa misi berhasil dilaksanakan dan dilanjutkan dengan penyerahan teroris yang berhasil di tangkap kepada satuan kewilayahan dan kepolisian.
Latihan tersebut dilihat langsung oleh Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanyo yang didampingi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna dan para pejabat TNI lainnya
Selain dihadrii dari pihak TNI, turut hadir pula para pejabat dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) selaku leading sector di bidang penanggulangan terorisme di Tanah Air yakni Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, Sestama BNPT, Marsda TNI Dr. Asep Adang Supriyadi,
ST, MM, Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI
Hendri Paruhuman Lubis, Plt. Deputi III bidang Kerjasama Internasional Brigjen
TNI (Mar) Yuniar Lutfi dan para pejabat BNPT lainnya
Editor | : Noor Irawan |
Foto | : - |
Sumber | : - |
No comments:
Post a Comment