Kemiskinan merupakan monster kehidupan, bagaimana tidak dengan berbagai keterbatasan ekonomi tersebut akan membawa dampak yang cukup serius bagi pembangunan sebuah bangsa dan pembangunan karakter pribadi itu sendiri. Kemiskinan menimbulkan ketidakberdayaan secara mikro dan makro.
Ketidakberdayaan mikro berupa ketidakberdayaan ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, ketidakberdayaan dalam segi ekonomi tersebut terjadi karena kemiskinan telah memberikan keterbatasan seseorang dalam memenuhi hajat hidup baik primer seperti sandang, pangan, papan maupun sekunder yaitu kebutuhan akan rekreasi dan pemilikan fasilitas hidup lainnya yang tentunya jika dengan kondisi miskin maka tentulah akan sulit didapat. Begitu pula dengan ketidakberdayaan dalam segi sosial, membawa dampak yang cukup signifikan, kemiskinan akan menimbulkan jenjang antara si kaya dan si miskin, perbedaan keadaan dan kondisi sosial yang memiliki rentang jauh tentunya akan menimbulkan sebuah permasalahan baru yaitu kecemburuan sosial yang nantinya akan berakibat vandalisme dan kriminalitas jika tidak diredam sedini mungkin.
Ketidakberdayaan dalam segi pendidikan juga tidak kalah penting, ketidakberdayaan pendidikan akan membawa dampak mikro menjadi makro, keterbatasan ekonomi merupakan salah satu faktor terjadinya ketidakberdayaan pendidikan, minimnya pendapatan membuat akses pendidikan pun menjadi sulit didapat, beberapa program seperti, Kartu Indonesia Pintar, Gerakan Orang Tua Asuh dan Program Beasiswa dari Institusi Swasta digulirkan, hal tersebut untuk mereduce jumlah anak putus sekolah, diharapkan kaum marginal tetap dapat mengenyam pendidikan sampai Universitas. Pendidikan yang layak tentunya dapat memutus mata rantai kemiskinan.
Semakin lemah ketahanan ekonomi suatu bangsa, semakin lemah pula Human Development Index. Bagaimana tidak? Faktor kemiskinan merupakan penyebab rendahnya kualitas kesehatan, lemahnya daya beli bahan makanan pokok yang memicu kasus gizi buruk yang pada akhirnya akan melemahkan kualitas generasi bangsa. Sangat mencekam dampak kemiskinan terhadap sebuah bangsa, melalui dampak kemiskinan tersebut masa depan sebuah bangsa diambang kehancuran, lalu bagaimana dengan ketidakberdayaan makro, apakah kemiskinan tersebut memiliki dampak ketidakberdayaan makro? Jawabnya adalah absolutely yess!!
Ketidakberdayaan makro yang dimaksud disini yaitu kasus kriminalitas dan peredaran narkoba. Kemiskinan memicu kerentanan sosial, ketahanan pangan sangat mempengaruhi angka kriminalitas dimasyarakat. Semakin padat penduduk tentunya akan semakin besar pula angka kriminalitas begitu juga dengan ketahanan pangan, semakin rendahnya ketahanan pangan suatu bangsa akan berdampak meningkatnya kasus kriminalitas dimasyarakat. Minimnya kemampuan dan ketrampilan ditambah dengan tekanan kebutuhan ekonomi yang terus menerus meningkat akan memicu kasus kriminalitas. Dampak lain yang sangat menghancurkan yaitu peredaran narkoba, kemiskinan dapat pula menjadi faktor pemicu terjadinya kasus peredaran narkoba, lemahnya kemampuan dan ketrampilan ditunjang dengan tuntutan hidup yang semakin berat membuat kaum marginal tentunya tidak mempunyai pilihan untuk terjun menjadi pengedar narkoba, inilah salah satu faktor pemicu kehancuran sebuah bangsa. Bargainning power yang lemah terhadap kualitas hidup yang rendah dan ketidakmampuan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak sehingga memicu untuk memilih profesi hitam sebagai pengedar narkoba.
Apakah cukup dengan kehancuran sebuah generasi saja dampak kemiskinan yang melanda sebuah negara? Berikut ini adalah beberapa negara yang mengalami kehancuran perekonomian, politik, pendidikan dan kesehatan dikarenakan kemiskinan yang berkepanjangan. Zimbabwe negara yang mengalami kemerosotan karena inflasi negeri yang terus meingkat hingga 2,2 juta %, akibat inflasi tinggi tersebut bank sentral Zimbabwe akhirnya mengeluarkan 4 versi mata uang sampai sekarang. Kebijakan kontroversial bank central Zimbabwe mengeluarkan pecahan 100 trilliun dollar yang kemudian digantikan dengan 1 dollar uang baru. Mata uang Dollar Amerika kembali dipake oleh rakyat Zimbabwe untuk menstabilkan perekonomian rakyat Zimbabwe.
![]() |
Di Zimbabwe, inflasi telah menjadikan negara tersebut jatuh miskin dan nilai mata uangnya terendah didunia. |
Dampak dari kemiskinan cukuplah panjang dari mulai krisis pangan, sandang, papan, rendahnya pendidikan dan minimnya akses perawatan kesehatan sampai kepada gangguan stabilitas keamanan dan pertahanan sebuah negara. Kondisi marginal yang sarat dengan keterbatasan membuat kasus kriminalitas meningkat, pencurian, perampokan, penjambretan bahkan sampai kepada peredaran narkoba. Lemahnya kualitas kehidupan ditambah lagi dengan beban ekonomi yang semakin pelik membuat seseorang tidak mempunyai pilihan. Survei penelitian membuktikan bahwasanya semakin padat jumlah penduduk akan semakin bertambah pula kasus kriminalitas, karena tidak liniearnya jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
Berita Resmi Statistik tentang Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2016 diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 18 Juli 2016. Menurut BPS, jumlah penduduk miskin, penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan pada Maret 2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar 10,86 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan profil kemiskinan BPS, walaupun dari sisi jumlah kemiskinan di perdesaan menurun, namun secara persentase penduduk miskin meningkat. Pada bulan Maret 2015 persentase penduduk miskin perdesaan sebesar 14,21 persen, lalu turun pada September 2015 menjadi 14,09 persen kemudian naik 0,02 persen di bulan Maret 2016 menjadi 14,11 persen. Bila mengacu data Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus menurun dari 102,55 pada Januari 2016 menjadi 101,47 pada Juni 2016 maka wajar jika persentase kemiskinan di perdesaan meningkat, karena usaha pertanian menurun. Sungguh menjadi paradoks ketika kemiskinan di pedesaan meningkat mengingat pedesaan merupakan lumbung padi bagi daerah perkotaan. Hal ini memang tidak bisa dipungkiri, mengingat lahan pesawahan sudah banyak disulap menjadi daerah pemukiman dan perumahan sehingga mengurangi jumlah lahan sawah produktif berikut dengan hasil panen padi juga semakin menurun.
Kemiskinan merupakan raksasa penghancur kehidupan berbangsa dan bernegara, kemiskinan masih menjadi masalah fenomena sepanjang sejarah, jutaan anak miskin mengalami kelaparan, putus sekolah, bahkan tidak mampu untuk mengakses layanan kesehatan ketika sakit, sungguh ironi, ditengah bangsa yang merdeka, bangsa yang berkembang, ternyata masih terdapat anak-anak miskin yang hidup serba keterbatasan dan ketidakmampuan. Kurangnya jumlah lapangan pekerjaan dan minimnya tingkat pendidikan memberikan kontribusi yang besar terhadap terjadinya kemiskinan, kelemahan kualitas generasi penerus bangsa ini juga dapat berpotensi untuk melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hak-hak rakyat seperti hak memperoleh penghidupan dan pekerjaan yang layak, hak rakyat untuk memperoleh rasa aman, memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, papan) dan hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan, kesehatan perlahan terkikis karena faktor kemiskinan. Diharapkan dengan berbagai program Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dapat mengurangi jumlah warga miskin dan dapat menciptakan lahan pekerjaan baru yang tentunya agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengurangi jumlah pengangguran, studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut membutuhkan segenap perjuangan, komitmen, dedikasi dan kerjasama di berbagai pihak agar dapat meminimalisir dampak kemiskinan yang terus menggerogoti kualitas generasi muda dan melemahkan sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat signifikan dapat menekan angka kemiskinan di sebuah negara, sedangkan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya yaitu Fertilitas atau kelahiran, Mortalitas atau kematian dan Migrasi atau gerak perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain dengan tujuan untuk menetap di daerah tujuan, migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relative permanen dari suatu daerah ke daerah lainnya. Ketiganya mempunyai andil besar terhadap pertumbuhan ekonomi, semakin banyaknya jumlah kelahiran akan semakin bertambah padat pula jumlah penduduk, Mortalitas berpengaruh karena faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan lingkungan serta kemisinan merupakan faktor dari individu dan keluarga yang dapat mempengaruhi angka mortalitas dalam masyarakat. Migrasi yang tidak seimbang jelas akan menyebabkan ketimpangan-ketimpangan sosial yang akan berujung pada kecemburuan sosial dan ketahanan pangan. Oleh karena itu pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang, rendahnya pertumbuhan ekonomi, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah dan rendahnya jumlah lapangan pekerjaan merupakan akar utama penyebab kemiskinan. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang akan memicu angka kemiskinan semakin meningkat dan mempengaruhi kelangsungan serta kesejahteraan masyarakat.
Semoga Pemerintah semakin arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan dan menentukan arah kebijakan, sehingga angka kemiskinan dapat ditekan, generasi penerus bangsa terselamatkan dan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara semakin maju berkembang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya didunia. Tingkatkan kepedulian terhadap sesama dan hilangkan egositas demi kesejahteraan dan kemakmuran bersama, berantas kemiskinan sedini mungkin, berdayakan kaum lemah, dan empatilah terhadap semua penderitaanya... karena tentunya hidup dan kehidupan ini sejatinya bukan untuk diri kita sendiri namun kehidupan ini mempunyai kewajiban untuk berbuat kebaikan dan kemaslahatan serta kebermanfaatan untuk orang lain.
Mari hapuskan kemiskinan sekarang juga dari bumi Indonesia!!! Jayalah selalu bangsaku!!! Bravo NKRI!!!
***
Penulis :
Patriawati Narendra, SKM
Staf P3AP2KB
Kandidat Magister of Epidemiology UNDIP
Awardee Beasiswa S2 Tugas Belajar PPSDM Kemenkes RI 2017