Jakarta, ZONASATU - Di layar televisi maupun melalui saluran media sosial pada Sabtu (1/6/2019) kemarin ramai pemberitaan mengenai berpulangnya mantan ibu negara, Kristiani Herawati atau Ani Yudhoyoni pada usia ke-67 tahun.
Istri Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini meninggal dunia di National University Hospital (NUH) Singapura pada pukul 10.50 waktu Singapura setelah kurang lebih tiga bulan berjuang melawan kanker darah.
Kita tentu kehilangan sosok ibu negara yang telah mendampingi suaminya, Presiden SBY, yang memimpin bangsa ini periode 20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2014. Ibu Ani merupakan sosok seorang istri yang setia mendampingi suami, ibu bagi keluarga besarnya, dan juga ibu bagi bangsa ini.
Sejak berita mengenai berpulangnya Ani Yudhoyono beredar, semua persiapan seketika itu juga dilaksanakan. Termasuk oleh TNI Angkatan Udara yang menyiapkan armada pesawatnya untuk membawa jenazah Ibu Ani pulang ke negeri ini.
Yang kita saksikan, kembali pesawat Hercules dipilih guna membawa jenazah salah satu putri terbaik bangsa Indonesia. Armada Hercules selalu menjadi andalan karena pesawat ini memiliki kapasitas kabin yang lebar, pintu rampa, dan tentu ketangguhan pesawatnya itu sendiri. Beruntung, karena pada saat dibutuhkan, L-100-30 Hercules VIP/VVIP bernomor ekor A-1314 yang bernaung di jajaran Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta ini dalam kondisi siap digunakan.
Bicara tentang pesawat Hercules bernomor ekor A-1314, pesawat ini sudah banyak jasanya mengantar jenazah para pejabat tinggi negara maupun keluarga (istri/suami). Jenazah Presiden RI ke-2, Soeharto, yang meninggal pada 27 januari 2008 diantar dari Jakarta menuju Solo, juga menggunakan A-1314 untuk dikebumikan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
Bahkan sebelumnya, jenazah Ibu Tien Soeharto, istri Presdien Soharto, yang meninggal pada 28 April 1996 silam juga diterbangkan dari Jakarta menuju Solo menggunakan pesawat Hercules TNI AU.
Demikian juga jenazah mantan Presiden RI ke-3 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur diterbangkan dari Jakarta menuju Surabaya untuk dimakamkan di Jombang, Jawa Timur juga menggunakan pesawat Hercules nomor ekor A-1314. Gus Dur yang menjabat sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001 itu meninggal dunia pada 30 Desember 2009.
Pesawat Hercules juga digunakan untuk menjemput jenazah Ketua MPR, alm. Taufik Kemas yang juga suami mantan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri yang meninggal pada 8 Juni 2013 di Singapura. Saat itu jenazah Taufik Kemas diterbangkan dari Singapura ke Jakarta menggunakan C-130 Hercules nomor ekor A-1319.
Lalu pada 1 Juni 2019, seperti yang telah disebutkan, A-1314 kembali digunakan untuk membawa jenazah Ani Yudhoyono dari Singapura pada 1 Juni 2019. Penerbangan selama kurang lebih dua jam itu berjalan lancar hingga pesawat mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma pada pukul 22.08 WIB.
A-1314 memiliki konfigurasi kabin di mana kabin pada bagian tengah hingga ke depan dilengkapi kursi VIP. Sementara dari bagian tengah hingga ke ekor berkonfigurasi bisa disesuaikan, termasuk dilepas kursinya sehingga menyisakan ruangan kosong.
Pesawat dari keluarga Hercules ini merupakan varian L-100-30 yaitu versi sipil dari C-130 Hercules yang dibeli Indonesia pada awal 1980-an semasa pemerintahan Presiden Soeharto. Tepatnya pesawat ini dibeli atas inisiatif dari Menhankam/Pangab, Alm Jenderal M. Jusuf.
Ketika itu, Jenderal Jusuf mengamati bahwa Indonesia butuh armada pesawat Hercules yang banyak guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Atas persetujuan dari Kepala Bappenas saat itu Profesor Widjojo Nitisastro, pesawat pun dibeli.
Menhanmkam/Pangab pun memerintahkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi untuk pergi ke Amerika Serikat membeli langsung pesawat C-130 Tipe H (S) yang berukuran lebih besar dari pesawat Hercules Tipe B yang sudah dimiliki Indonesia sejak tahun 1960-an.
Dari C-130H (S) yang dibeli, ada dua pesawat komando yang diminta oleh M.Jusuf kepada Kasau. Pesawat komando dimaksud, adalah pesawat untuk fungsi membawa VIP/VVIP. Perlengkapan di dalam pesawat lebih luks dengan kursi yang sudah menghadap ke depan dan bisa diturunkan sandarannya. Kabin pesawat ini juga dilengkapi lapisan kedap udara dan juga dapur serta toilet.
Ketika KSAU pergi ke pabrik Lockheed di Georgia, AS ternyata di sana tidak ada stok C-130H (S). Yang ada hanyalah L-100-30 versi sipil dengan spesifikasi dan kemampuan yang kurang lebih sama dengan versi militer. Akhirnya diputuskanlah pesawat itu dibeli dengan konfigurasi kabin yang khusus seperti diminta oleh Jenderal Jusuf (Atmadji Sumarkidjo dalam Jenderal Jusuf Panglima Para Prajurit, 2006).
Setibanya di Indonesia, A-1314 banyak digunakan oleh Presiden Soeharto untuk melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Tanah Air. Sementara M.Jusuf lebih banyak menggunakan pesawat yang satunya lagi yaitu A-1341.
Keberadaan pesawat C-130 dan variannya di Indonesia yang dioperasikan oleh TNI AU sejak 1960-an, banyak memberikan manfaat yang besar bagi Indonesia. Baik itu dalam rangka misi operasi/latihan militer maupun dalam mendukung pembangunan nasional serta misi kemanusiaan seperti halnya penanggulangan bencana.
Lebih spesifik menyebut C-130 Hercules dalam hal ini, karena memang pesawat itu yang digunakan dalam kaitan topik yang dibahas. Adapun peran pesawat angkut jenis/produksi pabrikan lainnya, juga memberikan andil yang tidak kecil bagi bangsa ini.
Istri Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini meninggal dunia di National University Hospital (NUH) Singapura pada pukul 10.50 waktu Singapura setelah kurang lebih tiga bulan berjuang melawan kanker darah.
Kita tentu kehilangan sosok ibu negara yang telah mendampingi suaminya, Presiden SBY, yang memimpin bangsa ini periode 20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2014. Ibu Ani merupakan sosok seorang istri yang setia mendampingi suami, ibu bagi keluarga besarnya, dan juga ibu bagi bangsa ini.
Sejak berita mengenai berpulangnya Ani Yudhoyono beredar, semua persiapan seketika itu juga dilaksanakan. Termasuk oleh TNI Angkatan Udara yang menyiapkan armada pesawatnya untuk membawa jenazah Ibu Ani pulang ke negeri ini.
Yang kita saksikan, kembali pesawat Hercules dipilih guna membawa jenazah salah satu putri terbaik bangsa Indonesia. Armada Hercules selalu menjadi andalan karena pesawat ini memiliki kapasitas kabin yang lebar, pintu rampa, dan tentu ketangguhan pesawatnya itu sendiri. Beruntung, karena pada saat dibutuhkan, L-100-30 Hercules VIP/VVIP bernomor ekor A-1314 yang bernaung di jajaran Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta ini dalam kondisi siap digunakan.
Bicara tentang pesawat Hercules bernomor ekor A-1314, pesawat ini sudah banyak jasanya mengantar jenazah para pejabat tinggi negara maupun keluarga (istri/suami). Jenazah Presiden RI ke-2, Soeharto, yang meninggal pada 27 januari 2008 diantar dari Jakarta menuju Solo, juga menggunakan A-1314 untuk dikebumikan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.
Bahkan sebelumnya, jenazah Ibu Tien Soeharto, istri Presdien Soharto, yang meninggal pada 28 April 1996 silam juga diterbangkan dari Jakarta menuju Solo menggunakan pesawat Hercules TNI AU.
Demikian juga jenazah mantan Presiden RI ke-3 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur diterbangkan dari Jakarta menuju Surabaya untuk dimakamkan di Jombang, Jawa Timur juga menggunakan pesawat Hercules nomor ekor A-1314. Gus Dur yang menjabat sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001 itu meninggal dunia pada 30 Desember 2009.
Pesawat Hercules juga digunakan untuk menjemput jenazah Ketua MPR, alm. Taufik Kemas yang juga suami mantan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri yang meninggal pada 8 Juni 2013 di Singapura. Saat itu jenazah Taufik Kemas diterbangkan dari Singapura ke Jakarta menggunakan C-130 Hercules nomor ekor A-1319.
Lalu pada 1 Juni 2019, seperti yang telah disebutkan, A-1314 kembali digunakan untuk membawa jenazah Ani Yudhoyono dari Singapura pada 1 Juni 2019. Penerbangan selama kurang lebih dua jam itu berjalan lancar hingga pesawat mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma pada pukul 22.08 WIB.
A-1314 memiliki konfigurasi kabin di mana kabin pada bagian tengah hingga ke depan dilengkapi kursi VIP. Sementara dari bagian tengah hingga ke ekor berkonfigurasi bisa disesuaikan, termasuk dilepas kursinya sehingga menyisakan ruangan kosong.
Pesawat dari keluarga Hercules ini merupakan varian L-100-30 yaitu versi sipil dari C-130 Hercules yang dibeli Indonesia pada awal 1980-an semasa pemerintahan Presiden Soeharto. Tepatnya pesawat ini dibeli atas inisiatif dari Menhankam/Pangab, Alm Jenderal M. Jusuf.
Ketika itu, Jenderal Jusuf mengamati bahwa Indonesia butuh armada pesawat Hercules yang banyak guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Atas persetujuan dari Kepala Bappenas saat itu Profesor Widjojo Nitisastro, pesawat pun dibeli.
Menhanmkam/Pangab pun memerintahkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi untuk pergi ke Amerika Serikat membeli langsung pesawat C-130 Tipe H (S) yang berukuran lebih besar dari pesawat Hercules Tipe B yang sudah dimiliki Indonesia sejak tahun 1960-an.
Dari C-130H (S) yang dibeli, ada dua pesawat komando yang diminta oleh M.Jusuf kepada Kasau. Pesawat komando dimaksud, adalah pesawat untuk fungsi membawa VIP/VVIP. Perlengkapan di dalam pesawat lebih luks dengan kursi yang sudah menghadap ke depan dan bisa diturunkan sandarannya. Kabin pesawat ini juga dilengkapi lapisan kedap udara dan juga dapur serta toilet.
Ketika KSAU pergi ke pabrik Lockheed di Georgia, AS ternyata di sana tidak ada stok C-130H (S). Yang ada hanyalah L-100-30 versi sipil dengan spesifikasi dan kemampuan yang kurang lebih sama dengan versi militer. Akhirnya diputuskanlah pesawat itu dibeli dengan konfigurasi kabin yang khusus seperti diminta oleh Jenderal Jusuf (Atmadji Sumarkidjo dalam Jenderal Jusuf Panglima Para Prajurit, 2006).
Setibanya di Indonesia, A-1314 banyak digunakan oleh Presiden Soeharto untuk melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Tanah Air. Sementara M.Jusuf lebih banyak menggunakan pesawat yang satunya lagi yaitu A-1341.
Keberadaan pesawat C-130 dan variannya di Indonesia yang dioperasikan oleh TNI AU sejak 1960-an, banyak memberikan manfaat yang besar bagi Indonesia. Baik itu dalam rangka misi operasi/latihan militer maupun dalam mendukung pembangunan nasional serta misi kemanusiaan seperti halnya penanggulangan bencana.
Lebih spesifik menyebut C-130 Hercules dalam hal ini, karena memang pesawat itu yang digunakan dalam kaitan topik yang dibahas. Adapun peran pesawat angkut jenis/produksi pabrikan lainnya, juga memberikan andil yang tidak kecil bagi bangsa ini.
Editor | : Noor Irawan |
Foto | : Istimewa |
Sumber | : Angkasa |
No comments:
Post a Comment