Bandung, ZONASATU - Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda dan agen perubahan sudah seharusnya membawa perubahan yang baik bagi bangsa Indonesia. Tetapi hal ini kemudian berubah ketika penyebaran paham radikalisme begitu masif di kalangan milenial. Mahasiswa yang seharusnya menjadi tumpuan masa depan bangsa justru terpapar oleh paham radikal terorisme yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa.
Untuk itu Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Drs. Suhardi Alius,MH, mengingatkan
kepada para mahasiswa untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya terhadap penyebaran
benih-benih paham radikal terorisme di lingkungan sekitarnya dengan
meningkatkan wawasan kebangsaan dan kearifan lokal.
Hal tersebut dikatakan Kepala BNPT saat
memberikan kuliah umum terkait penanggulangan radikalisme dan terorisme kepada
sekitar 1.000 orang yang terdiri dari para dosen, pegawai, Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) serta himpunan mahasiswa yang ada di lingkungan Universitas
Telkom, Bandung, Kamis (23/1/2020).
“Bapak-bapak, ibu-ibu dosen, pegawai dan
adik-adik semua harus dapat mengidentifikasi, bagaimana mengahdapinya dan
mengatasi paham-paham tersebut muncul di lingkungan adik-adik sekalian. Dan
satu-satunya jalan adalah kita mengenal bangsa kita sendiri dengan wawasan
kebangsaan dan kearifan lokal yang kita
miliki. Karena sekarang ini banyak orang yang tidak mengenal jati diri bangsa,
budaya dan nilai-nilai yang kita.miliki,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol. Suhardi Alius.
Lebih lanjut Kepala BNPT menyampaikan
perlunya imunitas dan daya tahan terhadap perkembangan dinamika global dengan
menggunakan kearifan lokal. Karena kearifan lokal tidak hanya sekedar budaya,
namun juga nilai atau value.
“Sekarang kita coba untuk kembali
merajut itu kembali, karena itu saya minta Forum Komunikasi Pencegahan
Terorisme (FKPT) yang ada di masing-masing provinsi untuk bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah setempat untuk menginventarisir kembali, karena betapa kayanya budaya kita
itu. Kalau itu sampai tidak dipelihara dengan baik, itu bisa hilang,” tutur mantan
Kabareskrim Polri ini.
Karena menurut alumni Akpol tahun 1985
ini, saat ini sudah banyak masuk nilai dari luar yang tidak sesuai dengan
karakter dan jati diri bangsa Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan lunturnya
nasionalisme para generasi muda bangsa kita ini
“Untuk itu pendidikan karakter harus
kita mulai dari usia dini, diinternalisasi lalu implementasinya saat mereka
dewasa. Jika tidak terserap dengan baik, jangan salahkan nanti kalau mereka
keluar jalur. Dan tentunya ini adalah tanggung jawab kita semua,” ujar Kepala
BNPT.
Dalam kesempatan tersebut mantan
Sekretaris Utama (Sestama) Lemhannas RI ini juga mengatakan bahwa berdasarkan
penelitian yang dilakukan FKPT selaku mitra stategis BNPT di daerah, kearifan
lokal bisa digunakan untuk mereduksi paham-paham radikalisme terorisme.
“Bangsa kita terdiri dari hampir lebih
700 etnik dan hampir 1.000 bahasa. Yang namanya kearifan local itu bukan hanya
budaya, tapi itu nilai atau value
kita sebagai bangsa. Bayangkan kita punya hampir 500 lebih kabupaten dan kota
seluruh Indonesia dan masing-masing punya kearifan lokal itu kekayaan yang
tidak bisa hilang, nah sekarang harus kita kembalikan itu,” kata mantan Kapolda
Jawa Barat tersebut.
Selain itu mantan Kepala Divisi Humas
Polri ini juga mengungkapkan perlu adanya treatment khusus untuk mencegah dan
mengatasi penyebaran paham radikal terorisme, terutama terhadap para mantan
narapidana terorisme ataupun para kombatan. Tidak hanya menggunakan hard approach tetapi juga menggunakan soft approach.
“Kan hulu masalahnya banyak, ada masalah
pendidikan, ekonomi, ketidakadilan dan macam-macam itu, kita urai. Oleh karena
itu kami di BNPT berkoordiasi dengan 38 K/L (Kementerian/Lembaga) . Contohnya
di NTB itu ada satu kampung yang kami masuk dengan Kementrian PUPR membangunkan
jalan, ESDM bangunkan untuk air minum dan sekarang merah putih berkibar disana.
Artinya kita sentuh,” ungkap Wakapolda Metro Jaya ini
Menurutnya setiap permasalahan pasti ada
hulu dan hilirnya. Karena kalau hanya hilirnya saya yang diurus sementara hulu masalah tidak juga
diperhatikan, maka masalah radikal terorisme ini tentunya juga tidak akan selesai.
“Minimal kalau kita mau membersihkan
sungai, hulunya kita bersihkan juga. Karena kalau tidakl, ya sampah ini akan jalan
terus kalau hulu masalahnya tidak disentuh-sentuh. Nah kalau sekarang disisir sedikit-sedikit,
kan lama-lama berkurang sampah-sampah
itu,” ucapnya mengakhiri.
| Editor | : Adri Irianto |
| Foto | : - |
| Sumber | : - |




No comments:
Post a Comment