Jakarta, ZONASATU - Ulama yang juga sebagai tokoh dan disegani masyarakat memiliki peran penting untuk mempersatukan bangsa lewat dakwahnya. Dakwah-dakwah yang disampaikan dengan nuansa ke-Indonesiaan dapat dijadikan semangat oleh umat agar lebih memahami nasionalisme dan keagamaan.
Hal tersebut
dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Dr.
Boy Rafli Amar, M.H., ketika menerima kunjungan silaturahmi salah
satu ulama muda, KH. Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus
Miftah di
kantor BNPT Jakarta, Kamis
(25/06/2020)..
“Kita akan terus
mempererat silaturahmi
dengan tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk menyebarkan
pesan-pesan damai yang dapat mengeratkan persatuan bangsa ini. Di
tengah gelombang intoleransi yang kini banyak ditemukan di tengah masyarakat, tentunya hal ini penting untuk dilakukan dalam
mengatasi hal itu,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H.,
Kepala BNPT pun
mengatakan bahwa pihaknya terus mempererat silaturahmi dengan para tokoh agama
dan juga tokoh masyarakat untuk bersama-sama menyebarkan pesan-pesan perdamaian
ditengah-tengah masyarakat.
“Kita bersyukur
bahwa hari ini Gus Miftah telah hadir di kantor kita. Dimana kita
bersilaturahmi dalam rangka untuk kemajuan, kedamian, kesejahteraan bansga
Indonesia dan yang terpenting adalah sinergi diantara kami BNPT dengan
ulama-ulama termasuk tentunya GusMiftah,” tutur mantan Wakil Kepala Lembaga Pendidikan
dan Latihan (Waka Lemdiklat) Polri ini.
Lebih lanjut
Kapolda Papua ini menyampaikan bahwa pihaknya memerlukan bantuan dari para
ulama dalam hal pencegahan penyebaran paham radikal terorisme. Yang mana
pencegahan itu merupakan salah satu tugas utama dari BNPT sesuai yang
diamanatkan dalam Undang-Undang No.5 tahun 2018 tentang Pemberantasan
Terorisme.
“Kami juga mohon
kepada Gus Miftah agar kita bisa menjalin kerjasama khususnya dalam hal
pencegahan terorisme yang mana memang tugas dari BNPT. Karena dengan Pencegahan
itu kita sama-sama berharap untuk bisa
meluruskan dan mencegah penyebaran paham radikal terorisme,” kata lulusan Akpol
tahun 1988 itu.
Perwira tinggi
kelahiran kelahiran Jakarta 25 Maret
1965 yang juga pernah menjabat Kepala Divisi Humas Polri ini juga mengungkapkan
kalau selama ini pihaknya menemukan bahwa kelompok-kelompok radikal bersikap
seolah-olah berjuang atas nama agama padahal tidak.
“Dari
temuan-temuan yang kita lihat selamaini, mereka itu seolah-olah berjuang atas
nama agama, berjihad atas nama agama. Namun ternyata tindakan-tindakan yang
dilakukan itu seperti tindakan orang yang tidak memiliki akhlak yang beragama,”
terang mantan Kapolda Banten ini mengakhiri.
Dalam kesempatan
yang sama Gus Miftah memberi saran bahwa untuk mencegah penyebaran paham
radikal terorisme tersebut perlunya ditekankan bahwa sesungguhnya nilai-nilai
ke-Indonesiaan dan Pancasila berkesinambungan dengan agama.
“Saya
sering mensyi’arkan Islam Nusantara, Islam dengan karakteristik Indonesia.karena
saya memahami ketika kita meletakkan agama dan budaya secara benar, maka akan
menjauhkan agama dari kekerasan,. Maka dakwah yang saya lakukan adalah
membudayakan agama bukan meng-agama-kan budaya. Pemahaman
yang seperti ini jika kita sampaikan dengan bahasa milenial yang sederhana
lebih bisa diterima di kalangan masyarakat terutama di generasi muda,” ujar Gus Miftah.
Gus Miftah juga
menyarankan agar para generasi muda yang sering menggunakan media sosial untuk
memfollow akun-akun yang menentramkan bukan malah yang menghasut dan justru
bisa menghancurkan dirinya sendiri maupun bangsa ini.
“Kita boleh berguru dengan siapa pun. Tapi
konteks pada hari ini tentunya dengan
guru yang bisa menyelamatkan kita. Semua pengajian memang baik, tapi
kalau memang kemudian jauh dari norma-norma dan etika kebangsaan ataupun jauh
dari norma agama tentunya hal itu tidak harus kita ikuti. Jadi selektiflah
ketika bermedsos,” kata Gus Miftah.
| Editor | : Adri Irianto |
| Foto | : - |
| Sumber | : - |



No comments:
Post a Comment