Jakarta, ZONASATU - Pencegahan penyebaran paham radikal terorisme adalah tanggung jawab semua pihak, baik itu pemerintah, masyarakat termasuk diantaranya organisasi masyarakat. Ini adalah bagian dari Kesiapsiagaan Nasional dan Kontra Radikalisasi untuk mencegah narasi-narasi kekerasan mendominasi ruang publik agar generasi muda bisa terhindar dari paham-paham tersebut.
Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)
seperti Pemuda Pancasila diharapkan harus terus ikut untuk berperan serta untuk
membantu pemerintah dalam mencegah penyebaran paham radikal terorisme agar
tidak menyebar di masyarakat.
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH,
pada acara Talkshow Sinergi BNPT dan Pemuda Pancasila dalam Rangka Membangun
Kesiapsiagaan Nasional yang diselenggarakan di Kantor BNPT Jakarta, Jumat
(3/7/2020).
“Pemuda Pancasila ini adalah aset bangsa
yang terdiri dari para pemuda-pemudi Indonesia yang bisa menjadi partner
pemerintah, dalam hal ini BNPT dalam rangka Kesiapsiagaan Nasional dan juga Kontra
Radikalisasi untuk terus turut serta mencegah penyebaran paham radikal
terorisme di masyarakat,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar.
Lebih lanjut Kepala BNPT menuturkan
bahwa dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, kelompok-kelompok radikal
terorisme itu semakin lama telah meninggalkan metode face to face atau bertemu langsung untuk menyebarakan paham
tersebut. Saat ini kelompok tersebut sudah memanfaatkan internet sebagai sarana
untuk menyebarkan paham mereka kepada masyarakat luas.
“Mereka juga memanfaatkan
channel-channel dari media sosial dan dalam hal tertentu bahkan mereka sangat
senang ketika media mainstream memuat
berita yang memberikan panggung kepada mereka,” ungkap mantan Kepala Divisi Humas Polri itu.
Oleh karena itu menurutnya, seluruh
komponen bangsa ternasuk ormas Pemuda Pancasila dan ormas lainnya bersama-sama
dengan pemerintah harus melakukan upaya bersama agar segala bentuk ideologi lain
yang bertentangan dengan ideologi Pancasila tidak sampai mendominasi di ruang
publik.
“Karena jika mereka sampai dominan di
ruang publik, kita khawatir anak-anak muda kita nanti akan memilih itu
ketimbang ideologi Pancasila yang merupakan ideologi dan juga merupakan darsar negara
kita,” tutur mantan Kapolda Papua tersebut.
Karenanya alumni Akpol 1988 itu berharap
agar Pemuda Pancasila sebagai organisasi masyarakat yang memiliki basis massa
besar di seluruh wilayah Indonesia dapat membantu BNPT untuk mengingatkan para generasi
muda bahwa memang ada paham-paham yang tidak sejalan dengan Pancasila.
“Jadi itulah kita berharap dengan Pemuda
Pancasila, kita sama-sama mengingatkan generasi muda kita bahwa hari ini memang
ada paham-paham yang tidak sejalan dengan Pancasila. Hal ini dapat kita
identifikasi kepada mereka-mereka yang mulai menggunakan cara-cara kekerasan.
Kekerasan yang dimaksud itu bukan hanya kekerasan secara fisik, tetapi juga
kekerasan kata-kata yang bisa mempengaruhi generasi muda kita untuk kemudian
melakukan aksi kekerasan,” terangnya.
Kemudian dalam kesempatan tersebut Ketua
Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila KPH Japto Soelistyo
Soerjosoemarno, SH menyampaikan apresiasinya kepada Kepala BNPT yang telah
mengundang Pemuda Pancasila dan melakukan talkshow bersama.
“Jadi dalam 40 tahun terakhir usia Pemuda
Pancasila, baru kali ini kami diundang oleh pemerintah dan yang mengundang itu
adalah BNPT. Terkait dengan terorisme sendiri sebetulnya bisa dilihat, jika ada
suatu organisasi yang Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)-nya
bertentangan dengan Pancasila maka bisa saja itu kemudian disebut organisasi
teroris dan sebagainya,” ujar Japto.
Menurutnya dalam hal beragama, kalau ada
yang fanatik itu sebenarnya adalah hal yang normal. Namun yang tidak boleh itu adalah
yang ekstrem dimana menganggap diri paling benar. Dan hal ini tentunya tidak
bisa diselesaikan oleh BNPT saja.
“Sehingga karena ekstrem itu dia
menganggap dirinya yang paling benar, ini yang kemudian jadi masalah. Masalah
ini sendiri tidak bisa hanya diselesaikan oleh BNPT saja. Tetapi semua menteri,
Gubernur hingga Bupati.Walikota juga harus ikut bertanggung jawab. Maka para Kepala
Daerah itu harus komunikasi dengan warganya, diajak ngobrol,” ucapnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang
sama, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Bambang
Soesatyo, SE, MBA, menjelaskan bahwa untuk mencegah generasi muda itu terpapar
paham radikal terorisme tersebut tentunya diperlukan pendekatan khusus.
“Perlu pendekatan khusus jika ingin merangkul generasi milenial agar
tidak terkena paham radikal terorisme itu, karena anak muda saat ini
menggandrungi gadget dan media sosial. Maka perlu ditekankan melalui media yang
sama bahwa Indonesia yang memiliki nilai-nilai filosofi Pancasila, Kebhinnekaan
yang saling menghargai dan toleransi yang tinggi,” ungkap pria yang juga
menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Pemuda
Pancasila ini.
Acara tersebut dihadiri para pejabat
BNPT yakni Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen
TNI Hendri Paruhuman Lubis, Deputi II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan
Irjen Pol. Drs. Budiono Sandi, M.Hum, Deputi III bidang Kerjasama
Intenasional, Andika Chrisnayudanto,
SIP, SH, MA;, Plt Sekretaris Utama (Sestama), Bangbang Surono Ak, MM, Inspektur
BNPT Buntoro, Ak.,M.Ak., CA,
CFE,QIA,CPRHM, Direktur Pencegahan Irjen Pol Ir, Hamli, ME serta
Direktur Deradikalisasi Prof. Dr. Irfan Idris M.A
| Editor | : Adri Irianto |
| Foto | : - |
| Sumber | : - |




No comments:
Post a Comment