Jakarta, ZONASATU - Saat ini di luar negeri khususnya di Timur Tengah, sesama umat Islam terjadi konflik yang berkepanjangan. Hal tersebut tentunya sangat ironis sekali karena pada dasarnya mereka masih berada di satu keyakinan yang sama. Hal inilah yang saat ini dikhawatirkan akan merembet ke Indonesia yang mana untuk mengatasinya perlu upaya pencegahan yang serius dari pemerintah dengan dukungan dari masyarakat.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Lembaga
Persahabatan Ormas Islam (LPOI), H. Denny Sanusi, BA, menyampaikan rasa
syukurnya bahwa konflik berkepanjangan seperti yang terjadi di Timur Tengah tersebut
tidak sampai terjadi di Indonesia.
“Kita optimis yang namanya ‘Arab Spring’ yang kemarin terjadi itu
tidak akan terjadi di Indonesia. Keyakinan ini berdasarkan suatu analisa dan
sekaligus apa yang ada di rakyat Indonesia, karena di Timur Tengah tidak ada
yang namanya ormas (organisasi kemasyarakatan) apalagi ormas keagamaan. Yang ada
paling ormas kepemudaan seperti ormas olahraga dan lainnya,” ujar Sekjen LPOI, Denny
Sanusi, BA, di Jakarta, Senin (27/7/2020).
Hal ini tentunya berbanding terbalik
dengan yang ada di Indonesia. Menurutnya bangsa Indonesia ini sungguh luar
biasa karena memiliki banyak sekali ormas keagamaan yang sebagian besar ormas Islam
dan juga ormas-ormas lainnya. Dimana hubungan antar ormas dan masyarakatnya
sendiri ini juga sangat baik.
“Karena perbedaan-perbedaan seperti etnis
dan adat istiadat itu telah disatukan oleh para founding fathers kita waktu awal kemerdekaan dengan adanya Bhinneka
Tunggal Ika, adanya Pancasila dan juga ada NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Dan itu semua sudah ditanamkan sejak dulu dan itu sudah terbukti
sampai sekarang. Meskipun ada beberapa PR (pekerjaan rumah) tertentu di sana-sini, tapi sampai saat ini
konflik berkepanjangan yang terjadi di negara luar itu tidak ada di negara
kita,” kata pria yang juga menjabat sebagai Sekjen Lembaga Persahabatan Ormas
Keagamaan (LPOK) ini.
Dirinya meyakini bahwa para pemuka agama
khususnya dari komunitas Islam, akan maksimal untuk mencegah hal-hal yang
mengarah kepada konflik berkepanjangan seperti yang terjadi di Timur Tengah
tersebut agar tidak samapi terjadi di Indonesia. Dan hal itu menurutnya bisa
diwujudkan karena adanya ormas-ormas kepemudaan, ormas agama, ormas lintas
agama dan sebagainya.
“Kita juga di LPOK ada yang namanya
lintas agama, karena kami terdiri dari 14 ormas Islam dan 6 ormas keagamaan
lainnya. Ada ormas Katolik, Buddha, Hindu yang kesemuanya bekerja bersama,”
ujarnya..
Sehingga, misalnya ada suatu konflik
contohnya adalah melibatkan agama Islam dan Kristen, menurutnya para tokoh-tokoh
agama yang ada disitu akan ikut serta untuk langsung turun tangan dan diselesaikan
secara kekeluargaan dan secara damai. Dimana keberadaan LPOK dengan 20 ormas lintas
agama itu atau di tingkat provinsi ada yang namanya Forum Komunikasi Umat
Beragama (FKUB) itu memiliki fungsi yang sangat vital.
“Dan tugas kami menyelesaikan
konflik-konflik yang ada di daerah masing-masing. Konflik-konflik yang
bernuansa agama dan bernuansa sektarian. Dan menurut kami fungsi-fungsi itu
memang sudah berjalan efektif dan itu terjadi di seluruh indonesia,” terangnya
pria yang juga menjadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (DPP PITI) itu.
Denny berpesan kepada pemerintah untuk
tetap bekerjasama dengan ormas-ormas yang ada. Karena menurutnya ormas-ormas
keagamaan yang tergabung dalam wadah LPOI dan LPOK itu mempunyai massa yang berakar
hingga ke bawah. Dan hal ini bisa membantu pemerintah dalam hal menjaga
perdamaian dan kerukunan di Indonesia.
“Ada semacam ungkapan bahwa kita harus
menanamkan cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Hal seperti itulah yang
harus ditanamkan. Jadi kalau ada orang-orang yang mau merongrong NKRI, kita
akan terpanggil. Karena kita kaitkan cinta tanah air adalah sebagian dari
iman,” ucap Denny.
Ia berpendapat bahwa masyarakat
Indonesia sendiri terkenal dengan gotong-royongnya. Dari Sabang sampai Merauke
yang banyak sekali suku, etnis dan juga agamanya dapat hidup dengan rukun. Dan
hal ini menurutnya tidak terlepas dari warisan para founding father yang merangkum semua perbedaan itu ke dalam Bhineka
Tunggal Ika dan ke dalam wadah Pancasila.
“Hal itu sudah terbukti dan kita rasakan
keberadaan Pancasila memperkuat dan mempersatukan kita di NKRI dari Sabang
sampai Merauke. Kita khususnya umat Islam sendiri sudah melaksanakan itu, saya
ambil contoh di LPOI ini yang terdiri dari 14 ormas Islam, sebagian besarnya
yaitu 11 ormas itu lahir sebelum Indonesia merdeka dan ikut berjuang untuk
merebut kemerdekaan,” jelasnya.
Denny mengungkapkan bahwa di LPOI sendiri
jika dijumlahkan memiliki basis massa 60% penduduk Indonesia. Karena menurutnya
dari Nahdlatul Ulama (NU) saja sudah memiliki 100 juta lebih anggota. Sehingga
dengan cara itulah pihaknya merawat Bhinneka Tunggal Ika dan persaudaraan yang
ada khususnya di agama Islam sendiri.
Denny juga berpesan kepada pemerintah
jangan hanya memerlukan ormas ketika ada insiden atau kejadian tertentu saja
dan setelah itu ditinggal. Oleh karena itulah ia mengapresiasi langkah Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang sudah berjuang luar biasa dengan
ide pembentukan Gugus Tugas Pemuka Agama beberapa waktu yang lalu.
“Kerjasama yang berkesinambungan ini
yang sebenarnya kami tunggu-tunggu selama ini. Kerena pada dasarnya upaya
pencegahan itu artinya harus ada hubungan yang kesinambungan antara pemerintah
dan ormas keagamaan. Sehingga dengan elemen-elemen masyarakat yang ada, potensi
radikalisme, potensi kekerasan dapat secara dini dideteksi. Sehingga dengan
adanya sinergi ini kita ada kerjasama yang berkesinambungan,” tutup pria yang
juga Ketua DPW PITI DKI Jakarta ini.
Editor | : Adri Irianto |
Foto | : - |
Sumber | : - |
No comments:
Post a Comment