Jakarta, ZONASATU - Umat beragama dalam konteks negara dan bangsa sering kali berada dalam identitas ganda sebagai umat beragama dan warga negara. Seringkali persoalan terkait solidaritas keagamaan melupakan persaudaraan kebangsaan yang ada. Untuk itulah diperlukan kepedulian sesama umat beragama untuk tidak sampai pada merobek persaudaraan kebangsaan.
Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar (PB) Al
Washliyah, KH.Yusnar Yusuf Rangkuti, M.Sc, Ph.D, mengatakan bawah memang sejatinya umat
beragama khususnya umat Islam memang perlu untuk saling sharing pengalaman terkait
kejadian atau musibah yang dialami di masing-masing negaranya sebagai sesama
umat muslim. Tetapi terkait dengan permasalahan dalam negeri masing-masing
tentunya umat di Indonesia tidak bisa terlalu ikut campur dengan hal itu.
“Jadi yang bisa kita lakukan adalah jika
ada orang Indonesia yang sedang merantau dan sebagainya di negara tersebut maka
itu baru bisa kita tangani dengan memberi nasihat dan sebagainya karena kita
memiliki hubungan diplomatik dengan negara bersangkutan. Karena jika tidak ada
kerjasama luar negeri ya apa yang bisa dilakukan,” ujar Ketum PB Al Washliyah Yusnar
Yusuf Rangkuti di Jakarta, Rabu (22/7/2020).
Menurutnya, persaudaraan sesama muslim
tentu saja harus dibangun, tapi kita juga tidak bisa memaksakan. Dia
mencontohkan dengan ibada haji yang telah ditunda oleh pemerintah Arab Saudi
tahun ini karena adanya pandemi virus Corona atau Covid-19. Menurutnya hal itu tentu
harus didukung demi menjaga kesehatan sesama umat untuk mencegah penyebaran
virus tersebut.
“Kenapa perlu kita dukung? Karena jika
kita memaksakan dikhawatirkan itu bisa jadi penyebaran di sana. Malu lah kita
kalau sampai jadi cluster penyebaran Covid-19 ini ke seluruh dunia, Padahal
seharusnya kita saling menjaga antar sesama umat,” kata tokoh agama Islam dari
Sumatera Utara itu.
Kalau masalah terkait konflik umat di
dunia seperti Palestina, Rohingya atau Uyghur, Yusnar menjelaskan bahwa dirinya
sendiri pernah diundang oleh pemerintah Tiongkok untuk berkungjung ke Xinjiang
bersama para tokoh agama lainnya dan delegasi dari Indonesia.
“Saya melihat sendiri itu Islam Uyghur
di sana bagus, tidak ada masalah. Tapi ada yang menyatakan di kita bahwa itu
sebenarnya tidak seperti itu, kemudian kita diprovokasi untuk mendesak
pemerintah dan lain sebagainya. Hal ini sebenarnya menunjukkan hebatnya
Indonesia sebagai negara merdeka dan demokrasi dimana semua orang bebas untuk
berbicara dan berpendapat,” tutur pakar ilmu tilawah Al-Qur’an itu.
Pria kelahiran Medan, 25 Maret 1955 itu
menyampaikan bahwa jangan hanya karena diprovokasi oleh kelompok-kelompok
tertenut kemudian jika ada masalah dengan umat disana lalu kita menyuruh
pemerintah Indonesia untuk berperang dengan Tiongkok atau negara lainnya.
“Harusnya kan tidak sampai seperti itu,
karena kalau kalah jadi abu, menang jadi arang kita nanti. Masalah seperti itu
sendiri sebenarnya adalah masalah di luar negeri yang bisa kita perjuangkan
lewat jalur diplomasi dan melalui forum-forum dunia, tidak perlu sampai
diprovokasi segalam macam,” ucap peraih gelar Master of Science (M.Sc.) di
Institut Pertanian Bogor itu.
Peraih gelar Doktoral dari di Universiti
Kebangsaan Malaysia (UKM) itu mengungkapkan bahwa dari para tokoh masyarakat
dan tokoh agama sendiri sudah berusaha membantu pemerintah. Dirinya
mencontohkan terkait bantuan Covid-19, menurutnya ormaslah yang lebih dulu turun
membantu baru kemudian pemerintah.
Karena menurutnya pemerintah memang perlu
melalui berbagai macam prosedur sehingga tidak dituduh korupsi nantinya. Tetapi
Yusiar sendiri berharap agar pemerintah tidak berbohong atau memberi janji
kepada masyarakat atauapun ormas.
“Pemerintah selama ini bilangnya kami
akan membantu masyarakat, kami akan membantu ormas, kami akan membantu ini-itu.
Saya minta pemerintah jangan bohong, kalau memang tidak ada dana ya bilang saja.
Jangan hanya berjanji tapi tidak ada tindak lanjutnya,” katanya
Bahkan
pria yang juga sebagai Ketua Ikatan Persaudaraan Qari dan Qariah Hafiz dan
Hafizah (IPQAH) ini juga sangat mengapresiasi terhadap apa yang dilakukan Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam membentuk Gugus Tugas Pemuka Agama
dalam Rangka Pencegahan Paham Radikal Terorisme di massyarakat.
“Saya sendiri berharap agar pembentukan
gugus tugas pemuka agama yang di inisiasi oleh BNPT ini juga bisa berkelanjutan
dan tidak berhenti di tengah jalan. Karena ini ini juga sebagai jembatan antara
pemerintah dengan para tokoh agama dalam mengedukasi dan menentramkan umatnya
agar para umat ini juga tidak mudah
terprovokasi ataupun termakan isu-isu yang dihembuskan oleh segelintir kelompok
yang tidak bertanggung jawab dengan mengatasnamakan agama tertentu,” ujarnya mengakhiri.
| Editor | : Adri Irianto |
| Foto | : - |
| Sumber | : - |



No comments:
Post a Comment