![]() |
| Abdul Muis |
Salah seorang
warga Indonesia, Abdul Muis (87) yang berpengalaman menghadapi Jepang saat
perang dunia kedua (PDII) dan sekolah Jepang di Jakarta saat itu, mengungkapkan
bahwa setiap kali murid sekolah melakukan upacara di lapangan sekolah,
berdirinya harus menghadap ke Tokyo.
"Kalau dulu
saat sekolah dasar di Indonesia, apabila upacara pagi, anak-anak berdiri harus
menghadap ke arah Tokyo dan bendera Jepang dikibarkan di sekolah," papar
Abdul Muis kepada wartawan TV Jepang, NTV dalam acara yang disiarkan (21/4/2015).
Selain itu murid
sekolah Indonesia jaman PDII saat Jepang ada di Indonesia, diharuskan selalu
menyanyikan lagu Kimigayo.
"Kita masih
ingat lagu Kimigayo karena selalu menyanyikan lagu itu saat masih sekolah
dulu," paparnya lagi.
Pada hakikatnya
banyak latihan olahraga seperti Taisho dan sebagainya, tambahnya lagi.
"Saya kira
kalau Jepang datang harga murah ternyata tidak. Takut0takut juga melihat
tentara Jepang datang."
Kita dari rumah
bisa lihat ayah dipukul, "Saya takut dan dongkol juga sedangkan saya tak
bisa berbuat apa-apa."
Seorang wanita
Jawa Indonesia, Kaya (97) yang juga merasakan kerja paksa Jepang, Romusha, juga
mengungkapkan sediih sekali ikut dalam kerja paksa tersebut karena banyak yang
meninggal saat itu.
Wartawan NTV juga
mendatangi sekolah SMKN 29 Jakarta dan meminta komentar para murid di sana,
"Saya miris mengetahui adanya Romusha tersebut dari buku pelajaran yang
ada. Kita tak mau ada perang lagi. Keadaan sekarang sudah enak damai dan kita
mau dipertahankan seperti ini saja," papar dua murid sekolah tersebut yang
mengomentari mengenai Romusha.(Tribunnews)



No comments:
Post a Comment