Jakarta (Zonasatu.co.id) - Pengamat intelijen Susaningtyas Kertopati (Nuning),
mengatakan embrio dari aksi pembakaran tempat ibadah saat Salat Idul Fitri di
Tolikara, Papua, harus diungkap. Hal itu bertujuan untuk mengungkap mengapa
konflik tersebut bisa terjadi.
"Seharusnya masalah toleransi beragama di Papua
jarang terjadi, jadi BIN bersama tokoh masyarakat hingga ke pelosok desa
beserta TNI Polri harus dapat menemukan embrio masalahnya. Siapa tahu saja
kejadian pembakaran masjid itu efek domino dari masalah utamanya," ungkap
Nuning kepada Okezone.
Menurutnya, di Papua seharusnya teknologi komunikasi
serta kepiawaian intelijen ditingkatkan sehingga mampu mengelola temuan
informasi yang didapat dalam proses pengambilan keputusan. Nuning pun
mengkritisi kebijakan penanganan di Papua yang kerap ambigu menghadapi OPM,
seolah membedakan treatmentnya dengan teroris yang ada di daerah lain, dengan
cap agama tertentu.
Dia mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan
kompleksitas persoalan tentang Papua, termasuk di dalamnya terdapat aksi-aksi
kekerasan bersenjata terhadap aparat dan warga sipil. "Perlu diadakan
pembahasan bersama jajaran Polhukam untuk menginisiasi gagasan baru dalam
rangka mencari solusi komprehensif tentang masalah Papua, secara damai dan
bermartabat dalam bingkai NKRI," tuturnya.
Mantan anggota Komisi I DPR itu juga mengatakan bila ada
suatu kejadian, analisa intelijen jangan menutup probabilitas. Jadi biarkan
penyelidikan tuntas sehingga dapat diketahui apakah itu merupakan potensi
gangguan apa. "Saat ini pihak berwajib sedang melakukan tindakan
penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan (Lidpamgal)," terangnya.
Dia menambahkan, agar tak simpang siur Polda Papua harus
segera mengusut tuntas kasus pembakaran masjid itu. "Jangan sampai
dipolitisir. Kalau kelamaan bisa saja dijadikan isu SARA lebih luas lagi,"
tegasnya.(Okezone)


