
“Saya
ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang terlibat dalam pembangunan masjid
ini. Pembangunan masjid ini merupakan bukan anggaran dari negara tapi
anggarannya berasal dari orang orang dermawan,donatur dan tergerak hatinya
untuk membantu pembangunan masjid.” kata Komjen Suhardi Alius dalam
sambutannya.
Alumni
Akpol tahun 1985 ini mengatakan bahwa, penanggulangan terorisme bukan hanya
menembak, menangkap tapi dengan menghadirkan negara di tengah tengah masyarakat
salah satunya melalui pembangunan masjid di tengah tengah masyarakat.
“Dengan
hadirnya masjid maka doktrin doktrin yang tidak baik akan dengan mudah
dihindari. Kita komitmen, negara hadir untuk menanggulangi terorisme. Ini
bentuk dan komitmen dalam rangka mencegah paham radikalisme,” kata mantan
Sekretaris Utama (Sestama Lemhanas ini.
Lebih
lanjut mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan, masjid ini hadir untuk
mendidik anak anak dari doktrin doktrin yang tidak benar. Karena sebagian besar
para santri yang ada di pesantren tersebut adalah anak-anak dari para pelaku
tindak pidana terorisme.
“Anak-anak
harus diberi pendidikan yang baik dan benar agar terhindar dari paham dan aksi
terorisme. Dimana pembina dari pesantren ini adalah ustad Khairul Ghazali yang
pernah menjadi pelaku. Dia (Ghazali ) yang akan memberikan pemahaman yang benar
kepada anak-anak di pesantren ini bahwa jihad yang benar itu bukan merampok
atau melakukan teror,” ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Oleh
karena itu, menurutnya, keberadaan pesantren Al-Hidayah membuktikan komitmen
BNPT dan masyarakat untuk mencegah dan mewaspadai bahaya terorisme. “Ini juga sebagai
wujud komitmen dan komunikasi yang baik antara BNPT dengan warga sekitar Pondok
Pesantren dalam mendukung program nasional pemerintah sekaligus sebagai
kepentingan BNPT dalam melakukan pembinaan, pencegahan sekaligus waspada
terhadap bahaya radikalisme dan terorisme,” jelasnya.
Pria
yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Humas Polri ini juga mengatakan
kalau pembangunan masjid dan pesantren yang juga menjadi bagian dari upaya BNPT
dalam menjalankan program deradikalisasi dalam membina mantan narapaidana kasus
terorisme dan keluarganya ini tidak akan berhenti sampai disini saja. Program
ini akan berlanjut ke Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.
“Di
Jawa Timur kami akan bicara dengan Ali Fauzi (mantan pelaku teror yang juga
adik kandung dari terpiudana mati kasus bom Bali, Amrozi) mengenai rencana ini.
Jadi ini bukan sekedar wacana, kita langsung aksi. Masjid ini kita bangun
selama 5 bulan. Menaranya saja dikerjakan selama 11 hari 24 jam nonstop,” ujar
mantan Wakapolda Metro Jaya ini.
Selain
dihadiri para pejabat eselon I dan II BNPT, turut hadir pula dalam peresmian
tersebut yakni Anggota Komisi III DPR RI
yang juga bertindak sebagai Ketua Pansus RUU Terorisme Muhammad Syafi’i, Imam
Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Gubernur Sumut Erry
Nuradi, Kapolda Sumut Irjen Pol. Rycko Amelza Dahniel, dan sejumlah pejabat
pemerintah daerah setempat.
Usai
meresmikan masjid, Kepala BNPT berserta rombongan juga berkesempatan meninjau
ruang kelas Pondok Pesantren Al-Hidayah. Setelah itu seluruh hadirin melakukan
Sholat Jumat di Masjid Al-Hidayah yang luas dan bisa menampung sebanyak 1.500
jamaah. Dalam sholat Jumat tersebut Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA bertindak
sebagai imam dan khotib. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment