
Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius,
MH menjadi salah satu narasumber yang diundang dalam acara bertema
Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Ulama dan Perusakan Rumah Ibadah.
Selain
Kepala BNPT turut diundang juga sebagai narasumber Kepala Badan Reserse
Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Pol Drs. Ari Dono Sukmanto, SH, MH. Dalam
acara tersebut juga di berikan kesempatan untuk berdialog dengan para
tokoh-tokoh agama, ulama dan juga ormas yang selama ini ada dibawah naungan
MUI.
“Kita
diudang oleh Ketua Dewan Pertimbangan MUI, pak Din Syamsudin lengkap dengan
semua ormas yang mewakili 99 ormas untuk membicarakan masalah adanya semacam kekerasan
terhadap beberapa ulama atau pimpinan pesantren yang dipertanyakan. Mamang ini
ranahnya bukan ranahanya BNPT tapi lebih ranahnya Kepolisian,” ujar Komjen Pol.
Drs. Suhardi Alius kepada wartawan usai acara dialog tersebut di kantor MUI,
Jakarta, Rabu (21/2/2018).
Meski
hal tersebut bukan ranah dari BNPT, namun Kepala BNPT menjelaskan bahwa BNPT
akan mulai bergerak jika pelaku yang sedang ditangani Polri itu nantinya telah
ditetapkan sebagai pelaku tindak pidana terorisme. Setelah nantinya pelaku itu
ditetapkan sebagai terorismaka akan ada rangkaian-rangkaian selanjutnya yang
akan dilakukan oleh BNPT
“Kita
memang tidak secara tupoksi (tugas pokok dan fungsi) berfokus kesana
(penindakan). Karena untuk maalah penindakan tetap menjadi kewenangannya
Kepolisian dalam hal ini sebagai penegakan hukum,” ujar mantan Sekretaris Utama
(Sestama) Lemhanas ini.
Lebih
lanjut mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan bahwa dalam pertemuan tersebut
pihaknya menjelaskan kepada para audience mengenai apa yang sudah dikerjakan
ataupun dilaksanakan BNPT selama ini dalam masalah penanggulangan terorisme.
Dimana saat dirinya menjabat sebagai Kepala BNPT pihaknya mencoba menerapkan
pola soft approach (pendekatan lunak) dalam mengurai masalah terorisme dari
hulu ke hilir.
“Itulah
pendekatan humanis bagaimana menyentuh akar masalah dari setiap kejadian
terorisme di Indonesia,” kata mantan
Kapolda Jawa barat ini.
Selain
itu menurutnya, pertemuan ini juga untuk mencari solusi bersama atas penanganan
kasus terorisme sekaligus bisa jadi bahan evaluasi kinerja BNPT dalam
menanggulangi masalah tersebut. “Diundang juga pak Kabareskrim yang
bertanggungjawab masalah masalah keamanan terkait dengan penanganan kasus-kasus
kriminal untuk berdialog mengentaskan masalah-masalah yang mungkin bisa dievaluasi
dan bisa dicari solusinya,” ujarnya.
Dalam
paparannya alumni Akpol tahun 1985 ini memutarkan video mengenai program soft
approach yang telah dilakukannya yakni dengan membangun masjid, pesantren dan sarana belajar bagi anak-anakdi Sei
Mencirin, Deli Serdang dan di Desa Tenggulun, Lamongan. Dimana pesantren tersebut ditujukan kepada anak-anak yang
orang tuanya pernah menjadi pelaku aksi terorisme
Ketika
ditanya wartawan mengeanai program deradikalisai pada anak-anak yang dirasa
masih kurang, pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini pun juga mengakui kalau
hal tersebut juga dirasanya masih kurang.
“Kurang,
jadi sekarang ini memang kurang. Saat ini saya masih mencari metodenya termasuk
melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang bisa memastikan agar
mereka ini nantinya betul-betul tidak kembali lagi pada paham-paham radikal,”
tutur bapak dua anak ini
Menurut
mantan Kadiv Humas Polri ini, ada beberapa lembaga yang telah didekatinya untuk
diajak bekerjasama dalam rangka program deradikalisai bagi anak-anak, seperti
mencoba menggandeng Wahid Foundation yang dipimpin oleh Yenny Wahid yang
merupakan putri dari presiden RI-4, Alm KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).
“Kita
tidak boleh sembarangan. Kita tidak boleh menitipkan anak itu sembarangan. Dan
tidak bisa Cuma sebulan. Karena orang menjadi radikal itu bisa tahunan. Kita
tidak bisa meyakinkan 1-2 bulan bisa berubah. Oleh sebab itu ada program
deradikalisai yang difokuskan kepada anak-anak dengan melibatkan para psikolog
dan sebagainya,” kata mantan Wakapolda Metro Jaya ini mengakhiri.(Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment