
Untuk
itu di era digital, yang merupakan era
informasi yang sangat cepat beredarnya berbagai macam informasi maka masyarakat
dan generasi muda diminta berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Hal ini
agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang berkembang di media
sosial. Demikian dikatakan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof.Dr.Ir.
Kadarsah Suryadi, DEA.
“Kepada
masyarakat umum dan para generasi muda untuk bertindak lebih dewasa, jangan
mudah termakan isu yang tidak jelas, terutama dari media sosial. Jangan mudah
larut dalam suatu isu yang akan membawa kepada sesuatu yang tidak menguntungkan
bagi kita terutama terhadap bangsa ini,” ujar Prof.Dr.Ir. Kadarsah Suryadi, DEA,
di ITB, Bandung, Selasa, (13/2/2018).
Dikatakan
Rektor ke-16 ITB ini, hal tersebut diperlukan agar masyarakat Indonesia dapat
mempertahankan keutuhan masyarakat dan bangsa ini. Karena tanpa kita sadari banyak
bangsa atau negara di luar sana yang bahagia kalau melihat negara Indonesia ini
tidak aman, oleh karena itu merupakan tanggung jawab masyarakat Indonesia untuk
mengamankan negara ini.
“Salah
satunya tadi, jangan mudah termakan isu-isu yang tidak jelas. Maka bertindaklah
dewasa dalam menyingkapi berbagai macam informasi yang beredar melalui media
sosial ataupun media lainnya,” ujar pria kelahiran Kuningan, 22 Februari 1962
ini.
Dirinya
menilai peran pemerintah sangat penting untuk ikut serta aktif dalam menghimbau
kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh hoax di media sosial. Drinya
melihat dari Kementerian Komunikasi dan Informatika dan kementerian lainnya
sudah sangat aktif, berperan seperti menjadi audiece ke berbagai perguruan
tinggi dan di acara publik lainnya.
Hal
tersebut untuk memberikan pembelajaran
tentang pentingnya masyarakat untuk waspada terhadap media sosial terutama
terhadap berita-berita yang tidak benar. Dan dirinya menyebut dengan CIS yakni
Commitment, Enforcement, Support.
“Jadi
Commitment baik dari pemerintah, perguruan tinggi dan juga masyarakat itu harus
ada. Enforcement, itu harus melibatkan semua pihak untuk mengkampanyekan
pentingnya kita menyikapi berbagai isu yang muncul di media sosial dan Support
itu harus adanya peraturan, lalu adanya forum-forum yang kita pergunakan untuk
bisa memberikan pencerahan kepada semua pihak,” ujarnya..
Untuk
itu pria yang pernah menjabat Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan
ITB ini juga meminta perlunya adanya ketegasan dari pemerintah berupa sanksi
yang tegas dan aturan yang jelas agar berita hoax dan isu provokatif lainnya
tidak muncul di media sosial. “Dan ini harus disosialisasikan supaya semuanya
bisa tahu tentang apa yang digariskan dalam peraturan itu,” ujarnya
Dirinya
juga menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi agar mahasiswanya tidak mudah
termakan isu hoax atau hal-hal yang bersifat provokatif melalu media sosial,
pihaknya telah menanamkan keilmuan komputer untuk dipakai dan dikembangkan bagi
mahasiswanya sejak dini. Dan mahasiswa pun sadar bahwa di dalam dunia maya itu
ada yang positif dan ada yang negatif.
“Lalu
kita bekali mahasiswa itu mengenai cara memfilter dengan pembekalan-pembekalan soft skill agar mahasiswa punya empati,
kepedulian sosial dan cinta tanah air dengan kuliah umum dengan mengundang
pembicara pada level nasional bahkan
internasional. Tujuannya membekali para mahasiswa supaya makin sadar akan
pentingnya peran mereka di dalam melindungi bangsa dan negara,” katanya.
Cara
lain yang dilakukan pihaknya yakni membikin lomba hoax analyzer. Dimana mahasiswa
ITB menjadi juara nasional dalam membuat software
untuk menganalisis berita itu hoax atau tidak. Dan software ini pun telah ia
publikasikan kepada para aktivis dan mahasiswa bahwa ini adalah hasil karya
para mahasiswa yang diakui dunia yang menyadarkan bahwa tidak semua informasi
di media sosial ini benar.
“Jadi
ada software yang namanya hoax analizer, dan alhamdulillah ini membantu juga.
Membantu supaya agar anak-anak itu tidak langsung menelan bulat-bulat apa yang
ada di media sosial. Tapi mereka punya tools yang dibuat teman-temannya sendiri
untuk memilah ini benar atau tidak, hoax atau bukan,” katanya. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment