Jakarta/ZONASATU - Masyarakat
Indonesia harus dapat memaknai hijrah dalam pengertian yang sesungguhnya, yaitu
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membangun Indonesia yang damai, rukun antara
yang satu dengan yang lain, saling mengenal, memahami, tolong-menolong dan
saling bantu membantu. Hal ini agar tidak ada lagi sebagian dari masyarakat bangsa
Indonesia ini yang merasa disakiti. Semuanya
harus diselesaikan untuk menuju cita-cita Indonesia, negara berdasarkan
Pancasila yang rakyatnya makmur dan penyelenggraan negaranya dilakukan
secara adil.
“Itulah
yang digagas, dipikirkan, diperjuangkan dan dibela mati-matian oleh seluruh
rakyat Indonesia dengan konsep hijrah, jihad dan niat sejak jaman sebelum kemerdekaan
hingga pasca kemerdekaan hingga saat ini. Ini tentunya untuk membangun sebuah
jalan perdamaian yang merupakan jalan terbaik
untuk menuju cita-cita bangsa,” ujar Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Provinsi DKI , Prof. Dr. Ahmad Syafii Mufid, MA di Jakarta, Jumat, (14/9/2018)
Lebih
lanjut Syafei Mufid menceritakan, di dalam Islam sendiri, peristiwa hijrah
merupakan salah satu momen paling bersejarah yang pernah dilakukan Nabi
Muhammad SAW saat hijrah dari Mekkah menuju ke Madinah. Hijrah Rasulullah itu
dimaknai sebagai pindah tempat yang tidak nyaman atau kondusif untuk berdakwah
lalu pindah ke tempat yang dapat menyambut dakwah. Dan ini sebuah peristiwa
sejarah yang sangat luar biasa jika dilihat dari sisi perpindahan, dari satu
kota ke kota yang lain.
“Apa
yang dilakukan Rasulullah itu adalah upaya untuk melepaskan tekanan-tekanan
dari kaum jahiliyah itu tidak dilakukan
secara frontal seperti dengan peperangan atau konflik meski Rasulullah
mendapatkan ancaman pembunuhan. Dalam
peristiwa hijrah ini Rasulullah mampu menghindari dari perbuatan yang menjurus
kepada aksi kekerasan,” ujar Ketua Komisi Litbang Majelis Ulama Indonesia (MUI)
ini
Saat
itu Nabi pun menurutnya telah menyiasati itu dengan tidak melakukan perlawanan
dan tidak memohon kepada Allah agar supaya orang-orang yang mau mencelakainya
itu dimusnahkan oleh Allah, bahkan melalui kekuatan gaib juga tidak dilakukan
oleh Nabi saat menuju Madinah. Saat tiba di Madinah, Rasulullah kemudian
membangun masjid, lalu membangun pasar, supaya ekonomi di Madinah bisa berjalan
dengan baik.
“Ada
dua hal yang dilakukan Nabi setelah membangun itu, yakni membangun suku-suku
yang ada dan tinggal di Madinah itu disatukan melalui misa Al Madinah, melalui
perjanjian Madinah atau piagam Madinah yang sangat terkenal itu. Jadi tujuan Rasulullah
membangun mesjid itu untuk membangun persaudaraan,” ujar
Mantan Inspektur bidang Pembangunan Kementerian Agama RI ini.
Dari
sini Nabi Muhammad berhasil membangun sebuah komunitas baru yang disebut masyarakat
Madinah, masyarakat yang berkeadaban. Setelah itu lalu Rasulullah tahun ke-8
setelah hijrah ke Madinah ini balik ke Mekkah dan. terjadilah peristiwa yang
disebut dengan Fathul Mekkah, terbukanya Kota Mekah, tanpa pertumpahan darah.
Dari
apa yang dilakukan Nabi Muhammad itulah sejatimnya masyarakat bangsa Indonesia dapat
memaknai hijrah itu sebagai momentum
untuk menjaga persatuan yang tentunya untuk kepentingan bangsa yang lebih besar
lagi dalam membangun negeri ini
“Kalau
kita melakukan Muhasabah dalam rangka memaknai hijrah itu, lalu tidak ada
hijrah fisik semacam itu kecuali ada jihad dimana negara memanggil kita untuk
berjuang misalnya negara memerintahkan kita tidak perang sesungguhnya, tetapi tetapi
perang melawan kemiskinan itu ada hijrah yang namanya transmigrasi, perpindahan
penduduk ya kita ikut,” ujarnya.
Menurutnya,
kalau seperti transmigrasi itu ada hijrah orang Jawa, Bali dan orang-orang yang
daerah penduduknya padat, dipindahkan ke tempat lain itu dapat diartikan
sebagai penyatuan bangsa. Dimana masyarakat Indonesia adalah satu bangsa baik dari
Sabang sampai Merauke yang berada di tanah air Indonesia.
“Orang
yang dari tempat lain juga bisa saja hijrah atau pindah ke Jakarta karena
panggilan tugas. Itu adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk keluar dari
kemiskinan, usaha untuk keluar dari kebodohan, usaha yang sungguh-sungguh untuk
membuat negara bangsa dan keluarga serta dirinya lebih baik daripada hari-hari
sebelumnya,’ ujar pria yang juga Direktur Indonesia Institute for Society Empowerment
(INSEP) ini.
.
Menurutnya,
itulah sesungguhnya yang menyatukan bangsa apalagi kalau didasarkan atas niat,
yang semua dilakukan selama ini dan nanti yang akan datang itu harus diniatkan
dengan sungguh-sungguh. Yang mana diniatkan bahwa semua upaya ini adalah untuk
kesejahteraan baik untuk individu maupun untuk bangsa dan negara. Karena kalau individu-individu ini sejahtera maka akan
terjadi kesejahteraan terhadap bangsa
dan negara yang menjadi cita-cita awal proklamasi kemerdekaan Indonesia.
“Itulah
yang disebut dengan memaknai hijrah. Jadi marilah kita menyadari bahwa meski kita ini
belum menjadi negara yang maju seutuhnya, maka untuk itu kita niatkan bagaimana
kita menjadi negara yang maju. Kita ini masih disandera oleh
perbuatan-perbuatan yang tidak baik, misalnya
narkoba, korupsi, terorisme.,” ujar Peneliti senior di Badan Litbang
dan Diklat Kemenag ini.
Bahkan
menurutnya, mengatakan Tidak ada tempat bagi Terorisme itu juga dapat dimaknai
sebagai hijrah. Kalau ada orang-orang yang mempunyai perasaan pro kepada aksi terorime
tentunya harus berpikir ulang kalau hal tersebut di memaknai sebagai jihad.
Karena sejatinya tidak ada jihad dengan cara-cara teror semacam itu.
“Kekeliruan-kekeliruan
semacam itu banyak terjadi, coba kapan ada sejarah Nabi dan para sahabat nabi
melakukan teror? Kalau Nabi di teror iya, Tidak ada itu yang mengatasnamakan
Islam lalu melakukan aksi teror. Kita sekarang itu berdakwah, mengajak kejalan
Allah dengan kearifan, tidak dengan teror tidak dengan kekerasan,” ujarnya
mengingatkan.
Bahkan
menjelang Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden pada 2019 mendatang dirinya mengajak
kepada seluruh komponen masyarakat untuk menjaga perdamaian. “Marilah kita
semua menyebarkan kebaikan, berargumenlah dengan baik, jangan dengan model hoax
itu. Ini semua untuk menjaga persaudaraan seperti yang sudah dicontohkan Rasulullah
tadi,” ujarnya mengakhiri.
***
Penulis : Adri Irianto
Sumber : -
Penulis : Adri Irianto
Sumber : -



No comments:
Post a Comment