Jakarta, ZONASATU - Sukses
membentuk Duta Damai di kawasan Asia Tenggara bagi generasi muda milenial dalam
upaya menyebar pesan-pesan perdamaian dan menangkal paham radikal terorisme
melalui dunia maya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bertekad
untuk bisa membangun networking yang lebih luas lagi untuk mengajak generasi
muda di dunia untuk bisa menyebarkan pesan-pesan perdamaian.
Hal tersebut
dikatakan Kepala BNPT, Komjen Pol Drs. Suhardi Alius usai mendampingi Menteri
Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Jenderal TNI
(Purn) Wiranto, dalam Pengukuhan Duta Damai Asia Tenggara 2019 di acara “Regional
Workshop on Establishing Youth Ambassadors for Peace Against Terrorism and
Violent Extremism” yang diselenggarakan BNPT di Ecovention, Taman Impian Jaya
Ancol, Jakarta, Rabu (24/4/2019) petang .
“Benih-benih
radikalisme itu dapat tumbuh di mana saja dan tanpa batas, penyebaran paham
tersebutt bisa masuk melalui dunia maya. Kalau sudah kuat tenaga kita dengan Duta
Damainya, kita ingin menularkan itu kepada seluruhnya (negara) dalam arti yang
positif. Sehingga mereka juga punya ketahanan, karena namanya infiltrasi itu
masuk bukan cuma di Indonesia saja, tetapi di semuanya, tapi kawasan ini (Asia
Tenggara) kita amankan terlebih dahulu. Setelah itu kita ingin ekspansi lagi,”
ujar Kepala BNPT Komjen Pol. Suhardi Alius kepada wartawan usai acara tersebut.
Untuk itu
pihaknya langsung merekrut generasi muda
dari negara-negara Asia Tenggara untuk menjadi bagian dari itu. “Nah sekarang
mereka sudah tersambung sama kita. Mereka saling berbagi, karena ada
permasalahan (terorisme) di Filipina, Myanmar,
Laos dan sebagainya. Kita saling bertukar informasi mengenai bagaimana
menyebarkan konten konten yang positif, anti radikal di dunia maya agar lebih masif lagi,” kata mantan Sekretaris
Utama (Sestama) Lemhanas RI ini.
Kepala BNPT
mengingatkan kalau hal tersebut ia lakukan karena penghuni terbesar di dunia
maya itu adalah para generasi muda. Dimana anak muda ini masih memiliki emosi
yang masih labil, tapi keinginan tahuannya
dan penggunaannya terhadap internet sangat masif. Padahal di dalam dunia maya
itu bukan hal yang positif saja, tetapi hal negatif pun juga banyak sekali,
seperti radikalisme dan sebagainya.
“Oleh sebab itu
kita ingin Network ini dapat berjalan terus dan obsesi kita ini tahun depan
kita akan bisa berlanjut lebih luas lagi, mungkin antar benua dengan
perwakilan-perwakilannya, sehingga nantinya bisa digelorakan menjadi Worldwide
(seluruh dunia). Bukan cuma tingkat regional saja, tetapi juga global,” ujar
mantan Kabareskrim Polri ini.
Lebih lanjut
mantan Kapolda Jawa Barat ini mengatakan bahwa beberapa bulan lalu saat dirinya
bersama beberapa menteri dari negara-negara kawasan ASEAN melakukan pertemuan di
Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) telah memberikan apresiasi yang cukup besar
terhadap upaya yang telah dilakukan BNPT dalam merangkul generasi muda untuk
menyebarkan pesan perdamaian melalui dunia maya karena BNPT sudah memiliki
pemikiran yang sampai sejauh itu.
“Setelah saya
jelaskan bahwa mereka (anak muda) yang menjadi target dari kelompok-kelompok
teroris untuk menginfiltrasi itu melalui dunia maya akhimyra mereka baru
tersadar. Bahkan mereka mengatakan ‘saya ingin ikut’ sama program program kita (Duta Damai Dunua
maya). Jadi artinya kita (Indonesia) menjadi role model (contoh/panutan),” kata alumni Akpol tahun 1985 ini.
Lebih lanjut
Kepala BNPT menjelaskan bahwa Duta Damai di Dunia Maya ini tidak hanya terfokus
untuk membentengi genarasi media melalui aplikasi media sosial saja, tetapi juga ke media
lainnya juga seperti game online juga harus ikut pula diwaspadai.
“Game-game itu
juga termasuk, karena secara tidak langsung gane-game yang berbahaya itukan
juga mendidik orang untuk berpikir semacam itu (melakukan kekerasan). Perlu
kehati-hatian dari kita dalam merespon itu semuanya,” ucapnya.
Sementara itu Menkopolhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto mengatakan, kemajuan teknologi digital yang begitu pesat
jika penggunaan dunia maya tersebut tidak digunakan secara benar, tentunya hal
tersebut akan menimbulkan dampak negatif seperti penyebaran ujaran kebencian,
berita bohong (hoax) dan yang lebih bahaya lagi penyebaran paham radikal
terorisme yang semuanya itu dapat memecah persatuan.
“Kita tahu bahwa
saat ini dengan kemajuan teknologi yang pesat itu penggunanya kebanyakan anak
muda, kaum milenial. Padahal dalam teknologi maju yang berkembang dengan pesat
seperti sekarang ini, tentunya juga bisa dimanfaatkan oleh kaum terorisme dan
radikalisme untuk menyebarkan ide dan gagasannya. Karena mereka (kelompok
terorisme) juga ada dan bermain di
wilayah ini (dunia maya),” ujar Menko Polhukam Wiranto kepada wartawan usai
acara tersebut
Menurutnya,
dengan dimanfaatkannya dunia maya oleh jaringan kelompok terorisme, maka bukan tidak mungkin para generasi muda
yang aktif memanfaatkan dunia maya ini bisa terpapar paham-paham radikla
terorisme tersebut. Untuk itu perlunya generasi milenial ini membentengi
dirinya agar tidak mudah terpapar paham radikal terorisme tersebut.
“Dan Pak Suhardi
Alius meminta untuk mewaspadai masalah ini dan kemudian juga mengaktifkan dan
menginisiasi Duta Damai Dunia Maya bagi kaum millenial se-Asia Tenggara untuk
mengikuti pelatihan dalam upaya menyebar pesan-pesan perdamaian. Hal ini agar
mereka dapat membentengi diri mereka sendiri, yakni dari mereka dan untuk
mereka, sehingga mereka punya peran penting dalam menyebarkan pesan-pesan
perdamaian melalui dunia maya,” kata mantan Menhankam/Panglima ABRI ini.
Dengan adanya
workshop ini menurutnya para generasi muda tersebut sekarang ini menjadi paham
bahwa ada kewajiban dari kaum milenial untuk dapat membentengi diri mereka
sendiri. “Ini agar kaum muda ini tidak
mudah terpengaruh terorisme dan radikalisme. Dan saya kira itu sesuatu yang
sangat bagus,” ujar alumni AMN tahun 1968 ini.
Ketika ditanya
seberapa banyak anak muda yang dapat terpapar paham radikal terorisme melalui
dunia maya tersebut, Menko Polhukam mengaku kalau besaran rasionya tidak bisa
dihitung secara matematis. Tetapi dengan banyaknya anak muda sekarang ini yang menggunakan
teknologi digital, internet kalau tidak mempunyai daya tangkal yang baik dalam
menggunakan dunia maya bukan tidak muangkin akan mudah terpengaruh.
“Kelompok
radikal terorisme ini juga bermain di situ (dunia maya) untuk menyebarkan paham
radikal terorisme, melatih atau membuat/merakit bom, itu kan dari internet
semua. Kalau anak muda ini tidak punya kekebalan,
tidak punya pertahanan yang kuat, tentunya akan mudah terpapar. Dan Pak Suhardi
Alius sekarang membuat suatu inisiasi untuk memperkuat daya tahan mereka
terhadap pengaruh radikalisme melalui Duta Damai Dunia Maya ini,,” kata mantan
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) ke-19 ini mengakhiri.
Seperti
diketahui, Workshop Duta Damai Asia Tenggara tahun 2019 ini diikuti sebanyak
110 orang generasi muda. Selain 60 orang dari Duta Damai Dunai Maya Indonesia,
sebanyak 50 orang peserta berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar,
Laos, Kamboja, Filipina, Vietnam dan Brunei Darussalam. Acara tersebut digelar
pada 22-25 April 2019. Di Indonesia sendiri BNPT telah memiliki sebanyak 780
orang Duta Damai di Dunia Maya yang tersebar di 13 provinsi.
Turut hadir
dalam pengukuhan Duta Damai Dunia Maya se Asia Tenggara tersebut yakni Wakil
Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI Abdurrahman M. Fachir, Sekjen Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Rosarita Niken Widiastuti, Deputi
Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Dr. Faisal
Abdullah, SH, M.Si, para perwakilan dari Kedutaan Besar Negara-negara Asia
Tenggara di Indonesia dan negara lain, para anggota kelompok Ahli BNPT dan para
pejabat eselon I, II, III dan IV di lingkungan BNPT
Editor | : Adri Irianto |
Foto | : - |
Sumber | : - |
No comments:
Post a Comment