Jakarta, ZONASATU - Ormas-ormas
(organisasi massa) Islam seperti Nahdatul
Ulama (NU), Muhammadiyah dan ormas lainnya yang ada di Tanah Air memiliki
peran yang cukup strategis untuk ikut serta mewaspadai, membendung dan
menangkal berkembangnya idoelogi-ideologi radikal atau paham-paham kekerasan dari
kelompok radikal terorisme Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) di Tanah Air. ISIS sendiri sebelumnya ingin mendeklarasikan
Khilafah di Tanah Air.
“Saya kira ormas-ormas
seperti NU, Muhammadiyah dan juga ormas-ormas lain punya peran yang sangat strategis untuk membendung ideology
ISIS tersebut. Karena salah satu kelebihan ormas ini adalah punya basis
konstituen yang nyata dan jelas. Ormas-ormas ini harus terlibat secara aktif, baik di level hulu dalam artian ikut terlibat
dalam merumuskan kebijakan termasuk untuk membendung di level apakah itu di undang-undang
maupun peraturan,” ujar Peneliti
di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Associate, Dr. Adnan Anwar, MA, di Jakarta, Kamis
(4/4/2019).
Dikatakan Adnan,
ormas juga harus terlibat secara aktif untuk memasukkan prioritas bahwa
pencegahan untuk melarang organisasi radikal seperti ISIS ini harus menjadi
semacam platform atau program yang
secara intensif mereka lakukan baik di dalam forum-forum organisasinya maupun
aksi-aksi yang bisa mereka lakukan baik aksi pencegahan maupun aksi penegakan
hukum untuk membantu pemerintah.
“Peran ormas ini
tidak dimiliki negara lain. Karena di negara lain peran ormas sangat kurang
terlihat. Sementara di Indonesia, ormas itu sangat strategis karena lahir
bersama masyarakat. Apalagi ormas punya jangkauan untuk mencegah dan menghadang
berbagai macam pembesaran paham ideologi seperti itu, karena mereka memiliki basis
massa yang jelas dan terukur jumlahnya,” kata tokoh muda NU ini.
Tak hanya ormas,
Adnan juga melihat bahwa tokoh agama atau mubaliq yang memiliki wawasan islam
moderat juga punya peran pentimg dalam membendung idologi kekerasan tersebut di
masyarakat. Karena tokoh agama atau mubaliq-mubaliq ini juga sering terjun ke masyarakat dimana mereka sering
mensosialisasikan mengenai bahaya dari penyebaran pahan ISIS.
“Tentunya ini
akan sangat menarik. Jadi kekuatan arusnya dari atas maupun bawah itu bersama-sama
untuk menjadikan bahwa ISIS ini sebagai ideologi yang sangat membahayakan. Ormas
bersama tokoh agama/mubaliq sama-sama melindungi masyarakatnya,” ujar alumni Universitas
Airlangga Surabaya ini
Jika peran ormas
dan para tokoh agama ini bisa saling di sinergikan tentunya menjadi kekuatan berlapis
dan akan sulit untuk ditembus. “Model begini ini baik ormas maupun masyarakatnya
sama-sama membentengi diri dengan berbagai macam kegiatan yang sifatnya preventif
maupun kegiatan yang sifatnya ikut aksi dalam pencegahan itu. Jadi ikut beraksi dalam pemberantasan model
ideologi radikal seperti ISIS itu,” tutur mantan Wakil Sekjen Pengurus Besar
(PB) NU ini
Pria
yang juga Instruktur Pendidikan Kader Penggerak NU ini pun menggaris bawahi pentingnya upaya pencegahan dengan melakukan sosialisasi untuk
memperkuat masyarakat baik dimulai pada keluarga inti sampai masyarakat sekitar
bahwa ideologi kekerasan seperti yang
dilakukan ISIS tersebut sangat berbahaya.
Bahkan beberapa di negara Timur Tengah ada semacam sosialisasi dari negara yang
mana materinya kemudian dipakai untuk semacam
pendidikan keluarga.
“Modelnya
seperti pendidikan keluarga seperti zaman dulu seperti P4, bentuknya seperti
itu, konvensional, diintervensi melalui pertemuan warga, RT/RW, pertemuan
kerukunan dan sebagainya tetapi materinya tentang bahayanya ISIS. Jadi masuk dalam materi prioritas pendidikan
keluarga. Pendidikan dan penguatan keluarga, dan itu relatif berhasil. Sehingga
ada benteng yang sifatnya langsung ke
masyarakat,” katanya
Tak hanya itu,
menurutnya lembaga pendidikan juga harus membentengi para pelajarnya agar
siswanya tidak mudah termakan bujuk rayu propaganda ISIS. Karena biasanya jika terkait materi dan konten
ini anak-anak sekolah atau pelajar ini sangat bergantung dengan gurunya. Khusus
untuk soal guru ini pemerintah harus memiliki perhatian khusus, karena guru ini
adalah media yang paling efektif untuk mempengaruhi cara berpikirnya pelajar
ini.
“Jadi perlu ada
semacam pembinaan dan pemantauan guru-guru yang sering dilakukan oleh instansi
terkait seperti Kemendiknas atau Kementerian Agama untuk selalu melakukan
sosialisasi bahaya penyebaran bahaya radikalisme ISIS ini di kalangan guru.
Karena guru ini adalah sumber informasi pertama bagi seorang murid ini. Jangan
sampai ideologi ini muncul dari kalangan guru,” ujar Adnan.
Kalau guru terpengaruh ideologi kekerasan, tentunya sangat cepat sekali penyebarannya di anak-anak sekolahan. Ini terbukti dengan fonomena
beberapa pelajar yang terpapar ideologi ISIS yang datangnya dari guru,
terutama seksi kerohanian Islam. Guru-guru harus harus selalu dikumpulkan untuk diberi pembinaan ttentang ideologi
Pancasila sebagai kontra ideologi dari paham ISIS.
“Faktor kuncinya
ada pada guru. Karena kalau soal kurikulum relatif bisa dikendalikan dari
pemerintah, tetapi soal gurunya akan sangat penting. Kalau sampai gurunya
terpapar virus radikal akan sangat berbahaya secara cepat terhadap siswa-siswa
kita,” ucapnya.
Terkait dengan kemungkinan
adanya warga Indonesia yang sudah terlanjur berhijrah ke Suriah lalu mereka ingin kembali ke Tanah Air, Adnan
mengatakan perlu instrumen deradikalsiasi dari pemerintah. Selain itu juga
harus dilakukan pemilahan yakni mana warga yang berangkat karena awam akibat korban
propaganda dan mana yang berangkat karena kombatan.
“Kalau yang berangkat
karena terpengaruh propaganda mungkin
bisa dilakukan upaya pendekatan deradikalisasi. Perlu dilakukan pendekatan
dengan ideology bangsa kita agar
kelompok ini ideologinya akan kembali pulih untuk cinta pada NKRI,”
ujar pria yang ditugaskan untuk megembangkan organisasi NU dikawasan Timur
Tengah ini.
Namun
menurutnya, perlakuan berbeda harus ditujukan kepada kombatan, karena tidak
bisa diperlakukan secara pendekatan yang sifatnya soft approach. Kombatan yang
kembali ke Tanah Air harus dlakukan proses hukum dan diperlakukan seperti
teroris-teroris lainnya yang menjalani hukuman di Lapas-lapas lalu masuk ke
dalam program deradikalisasi yang lebih
sistematis.
Editor | : Adri Irianto |
Foto | : - |
Sumber | : - |
No comments:
Post a Comment