![]() |
Diagram perkembangan AMRAAM dari masa ke masa |
Zonasatu.co.id - Indonesia, Irak, dan Malaysia telah mengajukan pembelian
amunisi dan dua jenis rudal dari Amerika Serikat. Total dari pembelian alat
perang oleh tiga negara itu sekitar US$ 431 juta atau setara Rp 5,6 triliun.
Seperti yang dilansir UPI.com pada
7 Mei 2015, ketiga negara itu memesan amunisi mortir daya ledak tinggi,
AIM-9X-2 rudal Sidewinder, dan rudal AIM-120C7 AMRAAM melalui program Foreign
Military Sales.
Badan Kerja Sama Pertahanan Keamanan AS yang mengelola
program Foreign Military Sales (FMS) menyatakan kepada Kongres bahwa penjualan
itu untuk melayani kepentingan keamanan nasional AS. Pemesanan oleh tiga negara
tersebut juga telah mendapat persetujuan dari Departemen Luar Negeri AS.
Irak, lembaga itu menyatakan, secara khusus memesan satu
paket berisi 5.000 amunisi mortir peledak 81 milimeter, 684 ribu amunisi M203
40 milimeter peledak tinggi, 532 ribu amunisi MK19 40 milimeter, dan 40 ribu
bahan peledak 155 milimeter.
Total semua amunisi senilai US$ 363 juta (Rp 4,7
triliun). Juga termasuk permintaan amunisi kecil untuk senjata, suku cadang dan
perbaikan, dukungan peralatan, publikasi dan dokumentasi teknis, pelatihan
personel, serta peralatan pelatihan.
"Penjualan ini juga mengusulkan amunisi tambahan
yang sangat penting dalam memberikan kemampuan daya tempur lanjutan bagi Irak
dalam memerangi pemberontakan ekstremis terorganisasi di Irak," demikian
pernyataan lembaga tersebut.
Terakhir, Irak pada Desember 2014 memesan 175 tank Abrams
dan Humve, serta senapan mesin dan peluncur granat.
Indonesia telah memesan 30 AIM-9X-2 rudal Sidewinder dan
sistem terkait agar mampu mengalahkan ancaman terhadap stabilitas regional dan
dalam negeri. Sidewinder adalah rudal dari Raytheon lintas udara yang
menggunakan homing inframerah sebagai kontrolnya.
Selain 30 rudal operasional, permintaan Indonesia
terhadap FMS juga termasuk AIM-9X-2 rudal captive pelatihan udara, Blok II unit
bimbingan rudal taktis, dan rudal udara pelatihan dummy. Kontainer, set tes dan
dukungan peralatan, suku cadang dan perbaikan, pelatihan personel dan pelatihan
peralatan, serta logistik senilai US$ 47 juta atau sekitar Rp 611 miliar.
Malaysia memesan peralatan militer senilai US$ 21 juta
atau setara Rp 273 miliar. Permintaan Malaysia adalah untuk sepuluh unit
AIM-120C7 Air-to-Air Missiles, atau AMRAAM, ditambah suku cadang dan aksesori
yang akan memastikan kemampuan berkelanjutan pesawat F/A-18D.(Tempo)