![]() |
| Kelompok bersenjata di Papua |
Zonasatu.co.id - Dua anggota Tentara Nasional Indonesia dilaporkan sempat
disandera oleh kelompok bersenjata di Kabupaten Paniai, Papua, Selasa 26 Mei
2015. Meski disebut berhasil menyelamatkan diri, namun kejadian ini bak menjadi
pertanda genderang dimulainya sinyal 'perang' dari provinsi di ujung timur
Indonesia itu.
Pertanda ini kembali diperkuat dengan dilaporkannya ada aksi penembakan brutal terhadap enam warga sipil di Distrik Mulia, Puncak Jaya, pada malam harinya. Bahkan satu orang diantara korbannya sudah dilaporkan tewas.
Selongsong peluru dan muntahan peluru dilepaskan membabi buta. Tak diketahui pasti apa alasan penembakan ini. Namun, sekali lagi ini menjadi pertanda sinyal 'perang' sudah mulai diletupkan.
Pekan lalu, kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah menyatakan perang terbuka. Dalam pernyataannya, mereka menganggap TNI, Polisi dan orang yang bukan dari tanah Papua sebagai musuh.
Pertanda ini kembali diperkuat dengan dilaporkannya ada aksi penembakan brutal terhadap enam warga sipil di Distrik Mulia, Puncak Jaya, pada malam harinya. Bahkan satu orang diantara korbannya sudah dilaporkan tewas.
Selongsong peluru dan muntahan peluru dilepaskan membabi buta. Tak diketahui pasti apa alasan penembakan ini. Namun, sekali lagi ini menjadi pertanda sinyal 'perang' sudah mulai diletupkan.
Pekan lalu, kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah menyatakan perang terbuka. Dalam pernyataannya, mereka menganggap TNI, Polisi dan orang yang bukan dari tanah Papua sebagai musuh.
"Mulai sekarang
kami nyatakan perang revolusi total dari Sorong hingga Merauke, yakni perang
secara terbuka terhadap semua orang Indonesia yang ada di tanah Papua,"
ujar perwakilan OPM, Puron Wenda, dalam sambungan telepon kepada VIVA.co.id, Jumat
22 Mei 2015.
Pernyataan keras OPM ini jelas terlihat bukan sekadar gertakan. Para pimpinan OPM bahkan mengklaim sudah menyiapkan senjata dan amunisinya untuk mendukung perang mereka.
Ini juga terlihat dari kiriman foto mereka saat sedang berada di sebuah lokasi berkumpul para pejuang OPM. Tak cuma berbekal senjata, seluruh pasukan yang mengaku cuma berjuang untuk kemerdekaan Papua ini bahkan terlihat mengenakan seragam loreng ala militer.
"Kami akan terus berperang untuk kemerdekaan Papua," ujar Puron.
Militer Siaga
Pernyataan keras OPM ini jelas terlihat bukan sekadar gertakan. Para pimpinan OPM bahkan mengklaim sudah menyiapkan senjata dan amunisinya untuk mendukung perang mereka.
Ini juga terlihat dari kiriman foto mereka saat sedang berada di sebuah lokasi berkumpul para pejuang OPM. Tak cuma berbekal senjata, seluruh pasukan yang mengaku cuma berjuang untuk kemerdekaan Papua ini bahkan terlihat mengenakan seragam loreng ala militer.
"Kami akan terus berperang untuk kemerdekaan Papua," ujar Puron.
Militer Siaga
Sejak munculnya
pernyataan perang OPM tersebut, kepolisian setempat sebelumnya memang mengaku
tak menanggapinya secara serius. Sebab, sudah beberapa kali ancaman serupa
memang pernah dilontarkan.
“Sudah sering mereka mengancam tapi kami tidak meresponsnya dengan langkah represif, hanya antisipatif dan preventif,” ujar Juru Bicara Polda Papua Komisaris Besar Polisi Patrige Renwarin.
Namun demikian, usai terjadinya penangkapan dua personel TNI dan penembakan terhadap enam warga sipil, sepertinya aparat keamanan mulai terpantik.
“Sudah sering mereka mengancam tapi kami tidak meresponsnya dengan langkah represif, hanya antisipatif dan preventif,” ujar Juru Bicara Polda Papua Komisaris Besar Polisi Patrige Renwarin.
Namun demikian, usai terjadinya penangkapan dua personel TNI dan penembakan terhadap enam warga sipil, sepertinya aparat keamanan mulai terpantik.
Meski enggan menyebutnya secara eksplisit, namun penekanan pengusutan kepada pelaku penembakan enam warga sipil dengan cara 'Hidup atau Mati', cukup menjadi pertanda panasnya situasi di tingkat kepolisian.
Kapolda Papua Irjen Pol, Yoetje Mende, tak menampik kegeramannya atas aksi radikal tersebut. Ia bahkan mengakui bila penembakan warga sipil tersebut memang menjadi 'pemancing' awal agar ada perang antara militer dan kelompok seperatis.
"Kejadian ini merupakan pancingan. Kami tetap face to face, dan tidak akan terpancing," ujar Yoetje.(Viva)


