Zonasatu.co.id - Singapura telah
meluncurkan kapal pertama dari delapan Littoral Mission Vessels - LMV (Kapal
Misi Littoral) yang dipesan untuk Angkatan Laut Republik Singapura (Republic of
Singapore Navy - RSN).
Kapal bernama
Independence itu diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2015 di galangan kapal ST
Marine di Benoi dalam sebuah upacara yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan
Singapura Ng Eng Hen.
Kementerian
Pertahanan Singapura (MINDEF) menandatangani kontrak untuk pengadaan LMV pada
Januari 2013, untuk menggantikan 11 kapal patroli RSN kelas Fearless yang telah
berdinas sejak pertengahan tahun 1990-an. LMV dirancang bersama oleh Saab AB
Kockums dan ST Marine, dan kini sedang dibangun di Singapura oleh ST Marine. Badan
Sains dan Teknologi Pertahanan Singapura (Defence Science and Technology Agency
- DSTA) menjadi manajer dan integrator sistem untuk program tersebut.
Kelas
Independence dilengkapi dengan satu meriam utama Oto Melara 76 mm, dua
remote-controlled weapon station Oto Melara Hitrole 12,7 mm (masing-masing satu
pada sisi kiri dan sisi kanan), dan sistem senjata Rafael Typhoon 25 mm yang
dipasang menghadap belakang kapal. Perlindungan terhadap pesawat dan rudal
musuh dilakukan oleh sistem rudal anti-udara MBDA VL Mica yang diluncurkan
melalui sistem luncur vertikal (vertical launching system - VLS) 12 sel di
bagian depan kapal.
Pilihan
non-lethal kapal tersebut adalah dua water cannon dan dua turret sistem
remote-controlled long-range acoustic device (LRAD) dengan lampu xenon yang
terintegrasi.
Perangkat sensor
meliputi radar pengawasan Thales NS100 3D, radar navigasi Kelvin Hughes
SharpEye, dan pengarah elektro-optik dan sistem pengintai 360° dari Stelop
(unit usaha ST Electronics). Menanggapi pertanyaan dari IHS Jane, pihak RSN
menyebutkan bahwa LMV tidak memiliki kemampuan anti-kapal selam (ASW).
Kapal 1.250 ton
ini memiliki panjang 80 m, beam 12 m, dan draft 3 m. Kapal tersebut memiliki
kecepatan tertinggi lebih dari 27 kt dan jangkauan sejauh 3.500 mil dengan
endurance 14 hari.
LMV dapat membawa
sebuah helikopter angkut kelas menengah di flight deck-nya. Kapal ini juga
dilengkapi dengan sistem peluncuran-dan-recovery (disediakan oleh Norwegian
Deck Machinery) yang dapat menampung dua rigid hull inflatable boats (RHIB)
atau wahana permukaan laut tanpa awak (unmanned surface vessel - USV)
Protector. LMV menampung awak kapal sebanyak 23 orang, termasuk lima perwira.
Sebuah konsep
yang sedang dibuktikan oleh RSN untuk pertama kalinya adalah pusat komando
terpadu (integrated command centre) LMV, yang menggabungkan anjungan kapal,
pusat informasi tempur (combat information centre - CIC), dan ruang kontrol
mesin.
"Pusat
komando terpadu mengintegrasikan dan mensinergikan pengelolaan fungsi navigasi,
permesinan, dan tempur untuk mencapai efektivitas dan efisiensi operasional
yang lebih besar, terutama selama operasi keamanan maritim", kata MINDEF.
Pendekatan ini mencerminkan pendekatan yang diadopsi pada Littoral Combat Ship
(LCS) kelas Independence Angkatan Laut AS.
Juga dipasang
pada kapal tersebut adalah sistem pemantauan jarak jauh yang memungkinkan untuk
pelaporan real-time data kelaikan kapal. "Status kesehatan platform kapal
dan sistem tempur juga dapat dikirimkan kembali ke pangkalan untuk pemantauan
dan prognosis yang terpusat dari sistem bersangkutan untuk mendeteksi anomali
dan rencana untuk pemeliharaan pencegahan," kata MINDEF.
Untuk
memaksimalkan fleksibilitas, LMV telah dikonfigurasi untuk dapat mengoperasikan
berbagai paket misi dalam kontainer seperti modul medis untuk mendukung operasi
bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana (humanitarian assistance and disaster
relief - HADR). Platform ini juga dapat menggunakan sistem tanpa awak untuk
operasi pengawasan dan penanggulangan ranjau laut (mine countermeasures - MCM).
Setelah
peluncuran, Independence akan menjalani periode instalasi sistem tempur, dan
kemudian akan memulai uji coba laut. Kapal tersebut dijadwalkan untuk
diserahkan pada tahun 2016 dan diharapkan akan beroperasi penuh pada tahun
2017. Kesemua delapan LMV diharapkan mencapai kemampuan operasional penuh pada
tahun 2020.
Pendapat janes.com
Konsep seperti pusat komando terpadu mencerminkan upaya RSN untuk mengurangi kebutuhan sumber daya manusia. Dalam sebuah wawancara dalam publikasi Angkatan Bersenjata Singapura Pioneer Mei 2015, panglima Angkatan Laut Singapura Rear Admiral Lai Chung Han menyoroti berkurang tingkat kelahiran negara tersebut sebagai suatu tantangan yang dihadapi Angkatan Laut Singapura.
Konsep seperti pusat komando terpadu mencerminkan upaya RSN untuk mengurangi kebutuhan sumber daya manusia. Dalam sebuah wawancara dalam publikasi Angkatan Bersenjata Singapura Pioneer Mei 2015, panglima Angkatan Laut Singapura Rear Admiral Lai Chung Han menyoroti berkurang tingkat kelahiran negara tersebut sebagai suatu tantangan yang dihadapi Angkatan Laut Singapura.
Upaya terbaru
lainnya untuk meringankan beban kerja meliputi pengunaan sistem wahana tanpa
awak di kapal RSN, seperti UAV (unmanned aerial vehicle) Scan Eagle kendaraan
udara tak berawak (UAV) dan AUV (autonomous underwater vehicle) REMUS.
Tidak adanya
kemampuan ASW organik pada LMV, merupakan hal yang kontras dengan pendahulunya
yang dilengkapi dengan sonar, menunjukkan bahwa RSN kini mengandalkan frigat
kelas Formidable sebagai penindak kapal selam utama AL Singapura. Hal ini juga
bisa menjadi indikasi bahwa RSN akan menggunakan helikopter berkemampuan anti
kapal selam pada LMV.(TSM/Janes.com)


