Dalam
sambutannya di hadapan ratusan tamu undangan, Kepala BNPT menegaskan
bahwa peresmian masjid dan TPA ini adalah bukti komitmen pemerintah untuk hadir
di tengah-tengah masyarakat dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman,
khususnya dari ancaman bahaya terorisme.
“Pembangunan
Masjid ini adalah bukti komitmen BNPT kepada masyarakat bahwa negara hadir di
tengah masyarakat untuk membantu ke arah yang benar… semata-mata dalam rangka
menjunjung tinggi nilai-nilai humanis dalam menghadapi aksi terorisme,” ujar
Komjen Pol Suhardi Alius.
Secara
khusus, mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan bahwa masjid dan TPA yang
di-setting sebagai pusat dakwah Islam moderat dan toleran ini nantinya akan
berfungsi sebagai tempat pelurusan paham-paham radikal.
“Tempat
Pendidikan alquran dan renovasi Masjid ini dimaksudkan sebagai pelurusan konsep
jihad yang salah, karena konsep jihad adalah mengurus keluarga, menuntut ilmu
yang baik,” ujar pria kelhiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.
Pria
yang juga pernah menjadi Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini juga
berharap agar masjid yang di resmikan ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu unsur penting dalam struktur masyarakat Islam adalah Masjid.
"Masjid digunakan umat Islam untuk berbagai keperluan, misalnya kegiatan di
bidang pendidikan, sosial, ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. pada
masa awal perkembangan Islam, yaitu pada zaman Nabi Muhammad, Masjid merupakan
pusat pemerintahan, kegiatan pendidikan, kegiatan sosial dan ekonomi,” tutur
mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Pada
kesempatan ini, mantan Kadiv Humas Polri ini juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembangunan hingga
peresmian pusat dakwah Islam moderat ini. Ia juga menegaskan bahwa pihaknya
mendapatkan bantuan dana dari para donator, sehingga pembangunan masjid dan TPA
ini tidak menggunakan dana APBN sama sekali.
Ia
juga menyebut kontribusi besar yang diberikan oleh Yayasan Lingkar Perdamaian
(YLP) yang diketuai oleh mantan teroris Ali Fauzi. Baginya, keberadaan yayasan
yang didirikan oleh puluhan mantan kombatan terorisme ini dapat menjadi role
model untuk upaya deradikalisasi yang tengah digalakkan oleh BNPT.
Sementara
itu Direktur yayasan Lingkar Perdamaian, Ali Fauzi, mengaku sangat senang dan
bangga dijadikan patner BNPT dalam upaya mencegah perkembangan radikalisme dan
terorisme. Khususnya di kawasan Lamongan, Jawa Timur yang dulu sempat dijuluki
sebagai tempat kelahiran teroris.
Adik
kandung dari Amrozi ini mengucapkan terimakasih, khususnya kepada Kepala BNPT
yang telah bersinergi dengan yayasan Lingkar Perdamaian pimpinanya dalam
program deradikalisasi terhadap mantan teroris dan keluarganya. Ia juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan
masjid Baitul Muttaqin yang ditujukan sebagai pusat dakwah Islam moderat dan
toleran.
"sinergi
ini penting untuk dilakukan, terutama kepada para mantan teroris dan
keluarganya, sebab semua orang mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih baik.
Tidak ada orang baik yang tidak mempunyai masa lalu, dan tidak ada orang jahat
yang tidak punya masa depan, masing-masing itu punya kesempatan untuk berubah
menjadi yang lebih baik” ujarnya saat memberi sambutan
Ali
Fauzi sendiri pernah terlibat dalam kelompok dan gerakan terorisme. Ia bersama sang kakak Ali Imron dan Umar Patek bahkan
diakui luas sebagai ahli bom terbaik di kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI)
yang belum tergantikan hingga saat ini. Namun kini ia telah meninggalkan semua
masa lalu itu dan berbalik melawan paham kekerasan yang dulu pernah ia
perjuangkan.
Baginya,
kehadiran BNPT dan sejumlah tokoh nasional di kampungnya hari ini dimaknainya
sebagai dukungan penuh pemerintah dalam hal memberi kesempatan kepada para
mantan teroris dan keluarganya untuk menjadi orang yang lebih baik. Di akhir
sambutannya, ia mengungkapkan harapannya agar nantinya ada lebih banyak Ali
Fauzi yang lain, yang bersedia meninggalkan paham dan kelompok terorisme.
“Diharapkan Lingkar Perdamaian mampu melahirkan sosok Ali Fauzi-Ali Fauzi yang
lain,” tutupnya.
Peresmian
Masjid Baitul Muttaqien yang dilakukan oleh BNPT Jumat siang ini dihadiri pula
oleh Menlu, Retno LP Marsudi, anggota wantimpres, Mayjen Pol. (Purn) Sidarto
Danu Subroto, Imam besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. Nassarudin Umar, MA, Tokoh
nasional, Prof. Syafii Ma’arif, Ketua Pansus Revisi UU terorisme, Muhammad
Syafii, serta Bupati Lamongan, Fadeli. Meresmikan masjid dan TPA BAitul
Muttaqin dengan disaksikan oleh seluruh tamu undangan.
Kegiatan
ini juga diikuti dengan pemberian cindera mata kepada puluhan mantan teroris
yang hadir dalam peresmian tersebut. Cindera mata juga diberikan kepada
santri-santri cilik TPA Baitul Muttaqien sebagai bentuk apresiasi dan dukungan
penuh pemerintah terhadap upaya besar menjadikan Tenggulun sebagai salah satu
pusat deradikalisasi di Jawa Timur. (Adri Irianto)



No comments:
Post a Comment