Seoul, ZONASATU - Sebanyak 500 orang dari berbagai penjuru dunia menghadiri Global Peace Convention yang berlangsung di Seoul, Korea pada Rabu (27/2/2019). Acara tersebut akan berlangsung hingga Sabtu (2/3/2019) mendatang.
Konvensi ini sengaja digelar bertujuan untuk merumuskan upaya-upaya damai demi mewujudkan masa depan peradaban manusia yang lebih berkeadaban dan lebih sejuk bagi semua kelompok tanpa kecuali.
"Global Peace Convention ini juga mengkanpanyekan slogan One Humanity under God. Intinya, semua manusia apa pun ras, bahasa dan kebangsaannya, semua berasal dari pencipta yang sama, Tuhan Yang Maha Esa," ujar Ketua Umumum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Prof Dr. Siti Musdah Mulia, MA, yang turut hadir pada acara tersebut.
Dikatakan Musdah, sudah seharusnya semua manusia bersatu untuk melawan semua bentuk kekerasan, khususnya kekerasan berbasis agama, diskriminasi dan eksploitasi. "Ini harus dilakukan khususnya terhadap kelompok rentan: perempuan, anak, lansia, disabilitas, dan berbagai kelompok minoritas yang tertindas," kata Guru Besar pemikiran politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Untuk itu dirinya juga berharap semua pembicaraan, diskusi dan dialog selama konvensi ini tidak hanya menjadi buah bibir semata, melainkan sungguh-sungguh dapat diimplementasikan dalam program nyata, baik di level pemerintah maupun di level masyarakat sipil.
"Kondisi damai merupakan impian terbesar umat manusia dewasa ini, akibat menguatnya ekstremisme yang menyalahgunakan interpretasi agama. Ekstremisme dan radikalisme agama membawa berbagai kekerasan dalam bentuk ujaran kebencian, perilaku rasis, xenofobia, dan bahkan aksi-aksi teror yg mengancam peradaban manusia yang telah dibangun sejak ribuan tahun lalu,"ujar wanita yang juga Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) ini.
Untuk itu wanita kelahiran Bone, 3 Maret 1958 ini juga berharap kepada pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus turut berpartisipasi aktif dalam upaya konkret merajut damai semata. "Karean ini tentunya demi kemashlahatan dan kesejahteraan semua manusia agar selalu hidup rukun dan menjaga nilai-nilai toleransi," ucap wanita pertama yang pernah dikukuhkan LIPI sebagai Profesor Riset bidang Lektur Keagamaan ini.
Konvensi ini sengaja digelar bertujuan untuk merumuskan upaya-upaya damai demi mewujudkan masa depan peradaban manusia yang lebih berkeadaban dan lebih sejuk bagi semua kelompok tanpa kecuali.
"Global Peace Convention ini juga mengkanpanyekan slogan One Humanity under God. Intinya, semua manusia apa pun ras, bahasa dan kebangsaannya, semua berasal dari pencipta yang sama, Tuhan Yang Maha Esa," ujar Ketua Umumum Yayasan Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Prof Dr. Siti Musdah Mulia, MA, yang turut hadir pada acara tersebut.
Dikatakan Musdah, sudah seharusnya semua manusia bersatu untuk melawan semua bentuk kekerasan, khususnya kekerasan berbasis agama, diskriminasi dan eksploitasi. "Ini harus dilakukan khususnya terhadap kelompok rentan: perempuan, anak, lansia, disabilitas, dan berbagai kelompok minoritas yang tertindas," kata Guru Besar pemikiran politik Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Untuk itu dirinya juga berharap semua pembicaraan, diskusi dan dialog selama konvensi ini tidak hanya menjadi buah bibir semata, melainkan sungguh-sungguh dapat diimplementasikan dalam program nyata, baik di level pemerintah maupun di level masyarakat sipil.
"Kondisi damai merupakan impian terbesar umat manusia dewasa ini, akibat menguatnya ekstremisme yang menyalahgunakan interpretasi agama. Ekstremisme dan radikalisme agama membawa berbagai kekerasan dalam bentuk ujaran kebencian, perilaku rasis, xenofobia, dan bahkan aksi-aksi teror yg mengancam peradaban manusia yang telah dibangun sejak ribuan tahun lalu,"ujar wanita yang juga Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) ini.
Untuk itu wanita kelahiran Bone, 3 Maret 1958 ini juga berharap kepada pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus turut berpartisipasi aktif dalam upaya konkret merajut damai semata. "Karean ini tentunya demi kemashlahatan dan kesejahteraan semua manusia agar selalu hidup rukun dan menjaga nilai-nilai toleransi," ucap wanita pertama yang pernah dikukuhkan LIPI sebagai Profesor Riset bidang Lektur Keagamaan ini.
***
Editor : Noor Irawan
Sumber : -
Editor : Noor Irawan
Sumber : -
No comments:
Post a Comment