Jakarta, ZONASATU - Aparatur Sipil Negara (ASN) di seluruh intansi Kementerian / Lembaga
(K/L) pemerintah diminta untuk selalu berhati-hati
dalam menggunakan media sosial. Para ASN harus bisa menyebarkan pesan pesan perdamaian baik di dunia maya dan juga di
dunia nyata sebagai upaya untuk menjaga persatuan bangsa Indonesia.
Hal tersebut
dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol
Drs. Suhardi Alius, MH, usai menjadi narasumber utama pada Rapat Koordinasi
terkait Penguatan Wawasan Kebangsaan ASN terkait dalam Menangani Radikalisme di
Kalangan ASN. Acara yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemen PAN-RB) ini digelar
di ruang Majapahit kantor Kemen PAN dan RB, Jakarta, Kamis, 24/10/2019).
“Kepada seluruh ASN berhati-hatilah dan musti bersikap
arif
dalam menggunakan media sosial. Karena di media sosial juga banyak sekali hal-hal yang tidak
hanya merusak, tapi juga untuk ke arah destruksi bangsa. Oleh sebab itu ambil sisi yang
positifnya dengan menyebar pesan perdamaian untuk menjaga
persatuan bangsa,” ujar Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius.
Lebih lanjut
Kepala BNPT mengatakan bahwa di tengah era globalisasi sekarang ini seluruh
masyarakat di dunia ini tidak
bisa juga terlepas dari perkembangan teknologi. Namun demikian para pengguna teknoligi ini harus bisa mengambil sisi
positif untuk kemajuan bangsa ini.
“Memang kita tidak bisa
juga terlepas dari perkembangan teknologi. Tapi
ambilah yang baik untuk sisi
kebangsaan, sehingga kita semua para ASN ini bisa maju untuk berkompetisi dengan bangsa-bangsa
lain,” ujar mantan Sekretaris Lemhannas RI ini.
Terkait
dengan kemungkinan adanya ASN yang
terpapar paham radikal terorisme, mantan Kabareskrim Polri ini mengatakan bahwa
seluruh pihak untuk tidak bersikap under estimate. Hal tersebut bukan hanya di kalangan ASN saja yang bisa terpapar paham tersebut. Namun semua pihak bukan tidak
mungkin bisa terpapar.
“Tidak hanya
ASN, semua
komponen bangsa pasti ada juga yang terpapar. Katakan
mungkin terinspirasi oleh hal-hal yang
yang tidak baik, khususnya dari sisi kebangsaan. Mereka bisa terpapar. Itu semuanya karena adanya saluran teknologi informasi digital. Apalagii hampir semua ASN juga
menggunakan itu (smartphone dan media
sosial),” ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Untuk itulah
Kepala BNPT meminta kepada seluruh K/L untuk saling menjaga agar bagaimana para ASN ini mempunyai daya imunitas, daya resilience dalam menghadapi dinamika yang
terjadi. “Karena ASN ini adalah
orang-orang yang mengawal struktur daripada pemerintahan bangsa
ini. Kita harapkan mereka
betul-betul steril sehingga
tidak ada kepentingan-kepentingan lain kecuali untuk
tujuan kebangsaan,” ujarnya.
Sekretaris Kemen
PAN & RB, Drs. Dwi Wahyu Atmaji,
M.P.A, dalam sambutannya saat membuka acara rakor tersebut mengatakan bahwa
Rakor tersebut digelar sebagai upaya untuk mengurai masalah-masalah radikalisme
di lingkungan ASN.
“Ini supaya kita
tepat di dalam merumuskan berbagai masalah yang akan kita sikapi bersama.
Intinya kita mengharapkan agar masalah-masalah seperti ini bisa ditangani
dengan baik, terukur dan sistematis, sehingga dapat mencegah kegaduhan dan bisa
tertangani dengan baik,” ujar Drs. Dwi Wahyu Atmaji, M.P.A .
Sementara itu Deputi
Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Kemen PAN & RB, DR. Ir. Setiawan
Wangsaatmaja, Dipl., S.E., M.Eng. mengatakan bahwa pihaknya bersama anggota
taskforce selama ini telah melihat fonomena perkembangan radikalsime yang
terjadi, Untuk itu pihaknya ingin mengetahuai gambaran secara utuh dari Kepala
BNPT mengenai fenomena bahaya radikal terorisme dan upaya penangananaya.
“Kita memandang
bahwa ASN pun juga bukan tidak mungkin ikut terpapar. Untuk itu di ASN ini juga
harus kita pikirkan bersama. Kami ingin mendapatkan pencerahan dari bapak,
jangan sampai kita memandang ‘ini
radikal’ dan ‘ini tidak radikal’ yang
kemudian timbul selisih paham di dalam tim ini. Oleh karena itu ini
salah satu yang ingin kami dapatkan dari pencerahan dari bapak Kepala BNPT,”
ujar DR. Ir. Setiawan Wangsaatmaja, Dipl., S.E., M.Eng. yang dalam kesempatan
tersebut bertindak sebagai moderator.
Dalam kesempatan
tersebut Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Dr. Ir. Bima Haria Wibisana,
MSIS, usai mendapatkan penjelasan dari Kepala BNPT mengatakan bahwa ada beberapa entry point yang bisa dilakukan
pihaknya yaitu untuk mencoba menyaring orang yang akan masuk ke birokrasi yaitu ASN.
“Pertama yakni ASN yang akan masuk ke birokrasi. Ini supaya clear dan clean. Kita tidak ingin
memasukkan ASN baru yang memiliki paham yang berbeda dengan Pancasila dan NKRI,” ujar Dr. Ir. Bima Haria Wibisana, MSIS,
Lalu yang kedua
menurutnya, treatment terhadap ASN yang kemungkinan terpapar paham radikal
tersebut. Dimana pihaknya akan menggunakan dua pola pendekatan yakni soft dan hard. Dimana
pihaknya akan
lebih mengutamakan pendekatan yang bersifat soft
untuk pembinaan sebelum menggunakan pendekatan yang lebih keras.
Sedangkan yang ketiga
untuk proses recruitment, tentunya
pihaknya nantinya membutuhkan medel atau pola screaning yang lebih mendalam.
Dimana nantinya akan ada semacam model-model yang bisa menyaring seperti baterai test, profiling atau wawancara yang dilakukan oleh tim untuk
seleksi di masing-masing instansi.
Dalam kesempatan
yang sama Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN), Prof. Dr. Agus Pramusinto,
MDA menghimbauan kepada para ASN untuk tidak menyebarkan paham-paham
radikal negatif seperti intoleransi, ujaran kebencian, anti Pancasila dan anti
NKRI melalui media sosial yang dapat memecah persatuan bangsa.
“Seperti yang
dikatakan Kepala BNPT, memang kita harus hati-hati dalam penggunaan sosial media. Di media sosial tentunya banyak hal yang positif, tetapi
kalau
kita tidak hati-hati dalam menggunakan
media sosial, tentunya hal tersebut akan sangat membahayan diri pribadi dan
juga terhadap bangsa ini,” katanya.
Acara Rakor tersebut
dihadiri para anggota taskforce yakni para pejabat eselon II dan III baik dari
BKN, KASN, Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko
Polhukam), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Badan Intelijen Negara (BIN),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Agama (Kemenag), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Kementerian PUPR, Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila (BPIP) dan K/L lainnya.
Editor | : Adri Irianto |
Foto | : - |
Sumber | : - |
No comments:
Post a Comment