JAKARTA – Kesiapan ujian nasional (unas) tingkat
sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat belum 100 persen. Hingga dua hari
menjelang pelaksanaan unas (11/4), keluhan kekurangan berkas soal dan lembar
jawaban masih banyak di daerah.
Keluhan itu datang
dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Dispendik
Bengkulu menyebut, kekurangan berkas soal dan lembar jawaban di daerah mereka
mencapai 122 amplop. Beda lagi dengan Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Bidang
Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan Dispendik Lamongan melaporkan kekurangan
lembar soal dan jawaban hingga dua amplop. Satu amplop memiliki perbedaan
jumlah isi. Biasanya, satu amplop berisi 20 lembar soal beserta lembar jawaban.
Saat dikonfirmasi,
pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak menyangkal.
Bahkan, Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud Nizam Zaman
menyatakan, ada daerah lain, selain Rejang Lebong dan Lamongan, yang mengalami
hal serupa. Antara lain, Jawa Tengah, Sulawesi, dan Jawa Barat.
”Memang biasanya kan baru dihitung H-2. Jadi, laporan baru
masuk. Tapi, untuk Bengkulu, saya konfirmasi. Alhamdulillah bukan 122 amplop,
tapi hanya satu,” kata Nizam saat dihubungi Sabtu (11/4).
Nizam menyebut hal
itu biasa terjadi. Kesalahan penghitungan dalam pengepakan lembar soal dan
jawaban menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, diduga ada kesalahan
data yang dikirim oleh pihak sekolah kepada Kemendikbud. ”Tak jarang, mereka
salah memasukkan jumlah peserta untuk IPA berapa, IPS berapa. Kadang jumlah
peserta unas IPA tertukar dengan IPS,” tutur dia.
Meski demikian,
menurut Nizam, itu bukanlah hal besar yang perlu dikhawatirkan. Sebab, seluruh
kekurangan segera dipenuhi pihak percetakan. Dia menyatakan, pihak dinas
pendidikan kota-kabupaten cukup melapor kepada dinas provinsi. Setelah itu,
provinsi segera mengabarkan hal tersebut kepada Kemendikbud. Selanjutnya,
pihaknya akan menghubungi percetakan agar kekurangan lembar soal dan jawaban
itu segera dikirim.
Untuk daerah
terpencil, lanjut dia, pihak percetakan telah mengirim cadangan berbarengan
dengan pengiriman lembar soal dan jawaban unas. Dengan catatan, cadangan tetap
diawasi secara khusus dan baru diserahkan pada hari H. ”Jadi, kami minta semua
pihak tidak panik. Karena semua dapat teratasi,” ucap dia.
Atas masalah yang
terus terulang tiap tahun itu, Nizam enggan dibilang tidak becus. Menurut dia, human error akan sangat sulit untuk dihindari.
Selain itu, tambah dia, persentase kekurangan lembar soal dan jawaban sangat
rendah. ”Dari 3,5 juta amplop, paling hanya sekitar 100 amplop yang kurang.
Tentu tidak bisa dibilang kebobolan. Jumlahnya juga terus menurun,” ungkapnya.
Kurangnya jumlah
lembar soal dan jawaban itu memunculkan spekulasi tentang adanya unsur
kesengajaan. Ada pihak yang sengaja menyisihkan lembar soal untuk kemudian
dapat digunakan berbuat curang. Misalnya untuk bocoran soal atau jawaban bagi
para siswa peserta ujian. Tujuannya, tentu nilai siswa dapat didongkrak.
Meskipun saat ini nilai unas tak lagi menjadi tolok ukur kelulusan.
Nizam menegaskan
telah mengantisipasi hal tersebut. Karena itu, Tim monitoring Kemendikbud telah dikirim ke seluruh
provinsi untuk melakukan pengawasan sejak Jumat (10/4). ”Selain itu, ada indeks
integritas. Jadi, akan ketahuan kalau ada yang curang,” terangnya.
Namun, jika tindak
kecurangan benar terjadi, Nizam menegaskan bahwa Kemendikbud tidak akan
segan-segan menjatuhkan sanksi. Bukan hanya sanksi administratif, Kemendikbud
juga tidak akan ragu menyeret kasus tersebut ke ranah hukum.
Sementara itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan justru
mewanti-wanti orang tua murid agar tidak menekan anak. Tekanan itu dimaksudkan
pada proses belajar yang melebihi batas wajar. Misalnya belajar hingga tengah
malam. ”Bapak-Ibu jangan marahi anaknya kalau malam menjelang unas tidak
belajar,” kata dia saat ditemui di Bogor kemarin.
Anies justru
menyarankan para siswa beristirahat. Menurut dia, para siswa cukup belajar
keras hingga Sabtu malam. Lalu, pada Minggu (12/4), siswa cukup baca-baca
santai. ”Lalu, malamnya tidur cukup, delapan jam. Jadi, pagi saat ujian,
kondisi fresh dan siap ujian,” tuturnya.(Jawapos)



No comments:
Post a Comment