Jakarta
(Zonasatu.co.id) - Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengatakan bahwa permintaannya pada TNI
Angkatan Darat melatih personel Korps Brigade Mobil (Brimob) ikut pendidikan
dan pelatihan (Diklat) Raider dimaksudkan untuk menambah kemampuan dalam rangka
menangkap teroris yang bersembunyi di hutan. Menurut Badrodin, Brimob perlu
dilatih oleh TNI AD untuk peningkatan kemampuan bertahan hidup di hutan.
Badrodin menjelaskan, Polri mengalami
kendala saat akan menangkap teroris kelompok Santoso yang bersembunyi di dalam
hutan atau daerah pegunungan di Poso. Kemampuan anggota Brimob sangat terbatas
saat berada di medan yang sulit seperti di hutan tersebut.
"Dalam penegakan hukum, pengejaran
terhadap Santoso yang ada di gunung-gunung dan hutan kita perlu peningkatan
tertentu," kata Badrodin, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin
(27/7/2015).
Ia melanjutkan, pelatihan dari TNI AD
akan dikhususkan pada pelatihan bertahan hidup di dalam hutan. Badrodin
mengakui bahwa Brimob tidak memiliki kemampuan bertahan hidup di dalam hutan
seperti anggota TNI.
"Kan enggak bisa anggota Brimob
bertahan di hutan. Densus tidak diperuntukkan di hutan, bagaimana bisa
survival. Mereka (Brimob) sehari dua hari turun, kapan kita ngejarnya,"
ucap Badrodin.
Badrodin menambahkan, peningkatan
kemampuan Brimob ini diperlukan karena teroris kerap menjadikan hutan sebagai
lokasi untuk bersembunyi. Ia mengaku telah menyampaikan permintaan ini pada
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Rencananya, Badrodin akan menerjunkan dua
kompi personel Brimob untuk mengikuti latihan bersama TNI AD tersebut. Waktu
pelatihannya diharapkan dapat terlaksana pada tahun ini sesuai dengan
ketersediaan anggaran.
"Dari pembicaraan awal (Panglima
TNI) sudah bersedia. Karena mengejar (teroris) itu tidak cukup baru satu minggu
turun, padahal itu pengejaran bisa berpuluh-puluh hari," ucapnya.
TNI menolak permintaan Kepala Polri
Jenderal Badrodin Haiti untuk memberikan pelatihan Raider kepada seluruh
personel Brimob Polri.
"Rasanya tak mungkin. Secara lisan,
itu sudah disampaikan oleh Danjen Kopassus," ujar Kepala Pusat Penerangan
TNI Mayjen Fuad Basya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (27/7/2015). Selama
ini Diklat Raider berlangsung di Pusat Pendidikan Pelatihan Komando Pasukan
Khusus (Pusdiklat Kopassus) TNI AD di kawasan Batujajar, Bandung, Jawa Barat.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengirim
surat kepada Panglima TNI dengan tembusan KSAD, Irwasum Polri dan jajaran
petinggi Polri bernomor B/3303/VII/2015 tertanggal 15 Juli 2015 perihal
permohonan mengikutsertakan personel Korps Brimob Polri dalam Diklat Raider TNI
AD. Dalam surat itu, Kapolri meminta agar program latihan dan pendidikan raider
dilakukan tahun anggaran 2015 dan 2016.
Wakil Kepala Korps Brimob Polri dan
Komandan Jenderal Kopassus pada 8 Juli 2015 di Markas Komando Kopassus di
Cijantung, Jakarta Timur, membahas proses penjajakan kerja sama tersebut.
TNI menolak permintaan Kepala Polri
Jenderal Badrodin Haiti untuk memberikan pelatihan Raider kepada seluruh
personel Brimob Polri.
"Rasanya tak mungkin. Secara lisan,
itu sudah disampaikan oleh Danjen Kopassus," ujar Kepala Pusat Penerangan
TNI Mayjen Fuad Basya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (27/7/2015).(SRK/Kompas)