“Minggu
(15/5/2016) Presiden melakukan kunjungan ke Korea lanjut ke Rusia sekitar hari
Rabu (18/5/2016). Yang dibahas diantaranya tentu mengenai penanganan masalah
terorisme dan pertahanan. Kunjungan Presiden nanti ke Rusia untuk pertemuan
kepala negara ASEAN dan kepala negara Rusia.,” ujar Menteri Pertahanan
(Menhan), Jenderal TNI (purn) Ryamizard Ryacudu di kantor Kemhan, Jumat
(13/5/2016) lalu.
Dikatakan
Rymizard, rencana tersebut telah ia sampaikan kepada Presiden Jokowi saat
dirinya melapor ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat siang. Alumni Akmil 1974
ini mengaku telah menghadap Presiden Jokowi untuk melaporkan hasil
pertemuannya selaku Menhan RI dengan Menhan ASEAN dan Menhan Rusia dalam
konfrensi keamanan internasional Moskow pada akhir April lalu.
“Tadi
siang (Jumat, 13/5/2016) kepada Presiden saya telah melaporkan hasil pertemuan
saya dengan Menhan ASEAN dan Rusia yang saya lakukan dua minggu lalu. Yang
pasti nanti kita kerjasama dalam penanganan teroris dan kerja sama pertahanan,
yaitu alutsista,” ujar mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini.
Dikatakan
mantan Pangkostrad ini, pembahasan masalah terorisme oleh pemerintah RI dengan
pemerintah Rusia dirasa sangat penting, karena terorisme masih menjadi ancaman
serius bagi bangsa ini dan tentunya juga masalah global, seperti kasus
penyanderaan 14 Anak Buah Kapal (ABK) asal WNI oleh kelompok Abu Sayyaf di
Filipina beberapa waktu lalu yang kini telah dibebaskan.
“Untungnya
ke-14 ABK WNI iyu sudah dibebaskan semua dan selamat. Dan masalah terorisme itu
kan sudah menjadi masalah global, bukan masalah di Indonesia saja. Jadi harus
dibicarakan kalau ada kejadian penanganan kerjasamanya seperti apa nantinya,”
ujarnya
Untuk
mencegah agar kejadian penyanderaan tersebut terutama di perbatasan tidak
terulang lagi, pria yang pernah menjabat sebagai Pangdam Jaya dan Pangdam
V/Brawijaya akan meningkatkan patroli rutin. Tidak hanya di perbatasan
Filipina, patroli juga akan dilakukan di perbatasan Laut China Selatan (LCS).
“Sejak
tahun lalu adakan patroli bersama baik di LCS, di pinggirannya kan LCS juga.
Indonesia Kalimantan, Selat Melaka juga perlu. Saya awal-awal mengatakan tidak
mau di kepulauan kita kayak Somalia ada pembajakan,” kata menantu mantan Wapres
RI, Tri Sutrisno ini.
Selain
memabahas masalah terorisme dan pertahanan, menurutnya kunjungan Presiden
Jokowi ke Rusia juga membahas masalah pertahanan terutama yang menyangkut alat
utama sistem persenjataan (alutsista).
“Karena
pemerintah kita kan juga melanjutkan pembelian pesawat tempur Sukhoi yang
merupakan buatan Rusia. 30 persen alutsista kita dari sana (Rusia). Karena sejumlah
negara produsen pesawat tempur juga menawarkan produksnya untuk dibeli
Indonesia guna kebutuhan TNI. Selain Rusia juga ada Cina, Amerika Serikat, dan negara-
negara di Eropa,” katanya.
Ryamizard
menambahkan, hubungan Indonesia dengan Rusia saat ini setara dengan hubungan
Indonesia dengan Amerika Serikat, Cina dan negara-negara lainnya. “Tidak ada
yang istimewa," ucapnya.

