
Ratusan
orang tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar, namun 30 orang diantaranya merupakan
mantan kombatan dan narapidana terorisme. Tak hanya itu, petugas upacara
bendera kebanyakan terdiri dari pelaku maupun keluarga pelaku bom Bali 1. Pengibar
bendera terdiri dari Zulia Mahendra yang merupakan anak mantan teroris Amrozi,
Saiful Arif, mantan teroris kasus Poso, dan Khoerul Mustain, anak sulung
terpidana bom Bali 1, Nor Minda.
Menariknya
Saiful sebagai pembawa bendera tetap semangat melangkah demi mengibarkan bendera
merah putih meski dengan langkah tertatih karena bekas luka tembak di kaki. Hal
ini menjadi bukti sang mantan teroris yang sudah benar-benar kembali mencintai
NKRI.
Tidak
hanya pengibar bendera, hampir semua petugas upacara juga merupakan mantan teroris.
Seperti Perwira Upacara, yaitu Yusuf Anis yang merupakan lulusan Akademi Militer
Mujahidin Afghanistan. Komandan Upacara juga dilaksanakan oleh Yoyok Edi
Sucahyo yang pernah terlibat sebagai anggota Moro Islamic Liberation Front (MILF).
Upacara
berlangsung tepat pukul 09.50 WIB secara khidmat di halaman Masjid Baitul
Muttaqien yang baru diresmikan 21 Juli lalu oleh kepala BNPT, Komjen Pol. Drs. Suhardi
Alius, MH. Petugas upacara sebelumnya sudah mempersiapkan diri melalui latihan
rutin selama 2 minggu. Mereka dilatih langsung oleh petugas dari Polres
Lamongan.
“Ini wujud untuk menyatakan pada masyarakat
bahwa mereka sudah NKRI, sudah cinta tanah air. Luar biasa, sangat saya
apresiasi,” ujar Kapolres Lamongan AKBP Juda Nusa Putra
Ali
Fauzi Manzi, mantan teroris yang kini sudah menjadi pengurus masjid dan ketua
Yayasan Lingkar Perdamaian turut berpartisipasi dengan membacakan naskah
proklamasi.
“Ini
adalah implementasi dari ikrar saya dan kawan-kawan beberapa bulan lalu saat
peresmian Lingkar Perdamaian. Saya tidak mau mendengar masyarakat bicara ikrar
saya hanya di mulut saja, maka ini buktinya” ungkap adik dari Amrozi ini.
Sementara
itu anak dari Amrozi, Zulia Mahendra
sendiri merasa haru dengan adanya kegiatan tersebut. Yang dirasakan Hendra menjadi
bukti hilangnya rasa dendam pria yang biasa disapa Hendra pada negara.
“Awalnya
terharu ya, pas bendera ada di tengah, badan rasanya kesemutan, tapi yang
penting yakin dan bisa,” ungkap Hendra.
Hendra
juga berpesan agar masyarakat Indonesia bisa bekerja bersama untuk membangun
Indonesia. Kedepannya ia ingin merangkul kelompok-kelompok radikal agar bisa kembali
ke jalan yang benar. “Jangan lagi lah kita membuat keonaran. Cukup kita saling
merangkul satu sama lain. Kedepannya kita mencoba konsultasi sama temen-temen
yang belum sejalan sama kita, kita coba rangkul,
kita sama-sama berusahalah.” ucap Hendra.
Upacara
berlangsung tepat pukul 09.50 WIB secara khidmat di halaman Masjid Baitul
Muttaqien yang baru diresmikan 21 Juli lalu oleh kepala BNPT, Komjen Pol. Drs. Suhardi
Alius, MH. Petugas upacara sebelumnya sudah mempersiapkan diri melalui latihan
rutin selama 2 minggu. Mereka dilatih langsung oleh petugas dari Polres
Lamongan.
“Ini wujud untuk menyatakan pada masyarakat
bahwa mereka sudah NKRI, sudah cinta tanah air. Luar biasa, sangat saya
apresiasi,” ujar Kapolres Lamongan AKBP Juda Nusa Putra
Upacara
ditutup dengan pembacaan doa yang membawa pesan perdamaian oleh Ustadz Chozin
yang juga merupakan kakak tertua dari Ali Fauzi. Dalam doanya, ia menyampaikan pesan-pesan perdamaian dan
persatuan NKRI.
Kegiatan
peringatan HUT RI ke-72 ini dilanjutkan dengan berbagai perlombaan yang turut
memeriahkan hari kemerdekaan seperti panjat pinang, balap karung, pukul bantal,
dan mash banyak lagi. Berbagai hadiah sudah disiapkan untuk menghibur peserta,
mulai dari TV, kulkas, hingga kambing.
Upacara
bendera ini juga merupakan wujud dari implementasi program Deradikalisasi yang
telah dijalankan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) selama ini dalam
mengurai masalah terorisme dari hulu hingga hilir. Turut hadir perwakilan dari BNPT pada upacara
tersebut yakni Kasubdit Pengamanan Lingkungan, Kolonel Sus. Fanfan Infansyah. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment