
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),
Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, saat memberikan kuliah umum dihadapan 350
Mahasiswa dan civitas akademika Universitas Andalas, Padang, Jumat (2/2/2018).
“Saat
ini setiap orang menggunakan smartphone yang terhubung dengan Internet. Tidak
hanya satu, kadang satu orang punya 2 smartphone. Banyak yang tidak menyadari
bahwa propaganda radikalisme masuk melalui smartphone yang dikirimi berbagai
macam konten di grup-grupnya. Oleh karena itulah harus hati-hati menggunakan
smartphone,” ungkap Kepala BNPT, Komjen Suhardi Alius
Dalam
paparanya mantan Kabareskrim Polri ini mengungkapkan bahwa media mainstream
secara tidak langsung sudah menjadi alat kampanye propaganda radikalisme dalam
menyebarkan ide-idenya.
"Contoh
ketika Santoso tewas, media telah memberikan ruang berita yang sangat besar
sehingga ketika Santoso dibawa pulang untuk dikuburkan dia seolah-olah menjadi
pahlawan. Padahal dia jelas-jelas melawan negara," ujar mantan Sekretaris
Utama (Sestama) Lemhanas ini.
Alumni
Akpol tahun 1985 ini mengatakan bahwa lingkungan kampus juga tidak luput dari
virus radikalisme. Hal tersebut didasari dari hasil identifikasi beberapa
kampus mahasiswanya telah tersusupi oleh
paham radikal dan terorisme. Selain mahasiswa, dosen juga telah beberapa
terindikasi mengajarkan radikalisme ke mahasiswanya.
“Saya
memberikan kuliah umum di ITB Bandung, saya katakan harus bangga karena
Presiden pertama dari ITB Bandung, namun harus juga mawas diri karena teroris
juga ada yang barasal dari ITB Bandung,” ujar pria kelahiran Jakarta, 10 Mei
1962 ini
Tak
hanya itu, menurutnya, beberapa waktu lalu ada pemilihan rektor di sebuah
kampus. Namun setelah dikroscek ternyata calon rektor tersebut telah
diidentifikasi menjadi simpatisan kelompok radikal. "Dengan kejadian itu
maka kita segera ambil tindakan dengan memberikan bukti bahwa tidak bisa kita
biarkan orang yang telah terindikasi radikal menjadi rektor,” kata mantan
Kapolda Jawa Barat ini.
Melihat
fenomena yang terjadi, dirinya
menekankan kepada segenap civitas akademika khususnya mahasiswa untuk
selektif dan cerdas dalam menggunakan dunia maya maupun media sosial.
"Jangan ditelan mentah-mentah berita yang diterima dan selalu mengkritisi
jika mendapatkan ajakan ataupun berita yang menjurus ke paham radikal,"
tutur mantan Kepala Divisi Humas Polri ini.
Di
akhir paparannya, mantan Wakapolda Metro Jaya ini mengatakan bahwa mahasiswa
merupakan Agen of Change (sebagai agen perubahan) dan calon pemimpin bangsa
yang harus terus menambah wawasan keilmuan agar nantinya bangsa ini tidak
terjerembab dalam kubangan pertikaian yang disebabkan oleh pemikiran-pemikiran
yang sempit.
"Kampus
merupakan institusi tempat berkembangnya berbagai pemikiran untuk membangun
bangsa demi kemaslahatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saya berharap
kedepan agar adik-adik mahasiswa dan pihak kampus turut terlibat secara aktif
dalam upaya menanggulangi paham radikal terorisme, terutama jika telah mulai
terindikasi ada pergerakan di kampus," kata mantan Kapolres Metro Jakarta
Barat ini mengakhiri.
Turut
mendampingi Kepala BNPT dalam kuliah umum tersebut yakni Rektor Universitas
Andalas, Prof. Dr.Tafdil Husni, SE. MBA, Wakil
Rektor III bidang Kemahasiswaan, Prof.Dr.Ir. Hermansah, MS. M.Sc dan
Selain itu hadir pula salah satu anggota kelompok ahli BNPT, Prof Dr. Hamdi
Muluk, M.Si. M.Si. (Adri Irianto)
No comments:
Post a Comment